Selasa, 02 September 2014

Wonderful Indonesia : Raja Ampat - Keindahan Seperti Dalam Negeri Dongeng


            


         Raja Ampat, ketika mendengar nama tersebut, rasanya ingin sekali aku berkunjung ke kepulauan yang terletak di bagian barat Kepala Burung (Vogelkoop) Pulau Papua tersebut. Atau lebih tepatnya di kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Meskipun tak bisa dipungkiri jika biaya untuk ke sana tak murah, tapi hal ini tak sebanding dengan indahnya pemandangan yang disuguhkan oleh alam lautnya yang telah menjadi menjadi bagian dari 10 perairan terbaik di dunia karena kelengkapan flora dan fauna bawah airnya. Selain itu, Raja Ampat terletak di segitiga karang dunia yang menjadi pusat keanekaragaman hayati dunia. Segitiga Karang itu meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste , Papua New Guinea dan kepulauan Salomom dan yang paling besar adalah di Indonesia.



Wilayah-wilayah yang masuk dalam Segitiga Karang (Coral Triangle) adalah Raja Ampat, Derawan, Wakatobi dan Komodo. Maka, tika mengherankan jika pulau ini memiliki keindahan bawah laut yang luar biasa.Wilayah pulau-pulau di Ampat sendiri sangat luas, mencakup 4,6 juta hektar tanah dan laut. Yang merupakan rumah bagi 540 jenis karang, 1.511 spesies ikan, serta 700 jenis moluska. Kekayaan biota ini telah menjadikan Raja Ampat sebagai perpustakaan hidup dari koleksi terumbu karang dan biota laut paling beragam di dunia. Penelitian Conservation International and Rapid Ecological Assessment (REA) menunjukkan bahwa di daerah ini terdapat 573 jenis karang keras dan sembilan diantara jenis yang baru; termasuk 13 jenis diantaranya endemic. Jumlah itu merupakan 75 persen dari jumlah karang yang ada di dunia. Hmmm... semakin membuatku mabuk kepayang memikirkan indahnya Raja Ampat yang katanya mirip sebuah dunia mimpi dalam cerita fantasi yang menarik minat banyak turis Amerika, Eropa dan Asia.



        
 Keindahan bawah laut Raja Ampat juga dapat dilihat dalam video ini :


Dan jika kesempatan untuk berkunjung ke Raja Ampat telah datang, aku akan mengajak sebanyak mungkin teman-temanku untuk pergi bersama berpetualangan ke sana. Selain lebih seru (dari pada sendirian), untuk beberapah hal seperti menyewa speed boat atau perahu panjang yang bisa mengangkut 10-15 orang untuk berkeliling, akan lebih efisien jika perginya bersama-sama. Karena biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa dua jenis perahu tersebut antara 1.200.000 rupiah sampai 2.000.000 rupiah, jadi jika pergi bersama-sama biaya tersebut bisa tanggung bersama bersama banyak orang, sehingga biaya yang harus dikeluarkan per individunya tidak akan terlalu banyak.



Aku akan memilih antara bulan Oktober atau November jika berkunjung ke Raja Ampat. Dan yang paling penting aku akan membawa kamera karena aku penasaran dan ingin melihat secara langsung kemudian memotret apa yang oleh penduduk setempat disebut sebagai “hantu laut”. Hantu Laut merupakan sebuah fenomena unik yang hanya terjadi setiap ahir tahun, di bagian Timur Waigeo, depan desa Urbinasopen dan Yanser. Yaitu sebuah sinar yang berasal dari laut mengitari permukaannya dan berlangsung sekitar 10-18 menit. Fenomena ini lebih dari sekedar pemandangan sunset yang indah dan dapat kita lihat dari atas perahu.




Aktifitas lain yang tak mungkin aku lewatkan adalah menyelam untuk bisa menikmati indahnya dunia bawah laut Raja Ampat. Kuda laut kendil akan mendekati jemariku untuk berjabat tangan dengaku, berenang bersama Mantaray dan wobbegong, disambut sukacita cita oleh ikan tuna; giant travellies; snapper dan barracuda, atau mengamati sibuknya ikan-ikan kecil yang menjaga wilayahnya dengan hilir-hilir mudik. Semua itu pasti akan membuat diving kita menjadi sangat menakjubkan.
 
(menyelam di Arborek)


Tempat yang ingin aku kunjungi di Raja Ampat untuk menyelam adalah ke Waigeo Selatan yang merupakan tujuan faovorit para penggemar diving. Yaitu tepatnya di Arborek untuk dapat menyelam sekaligus melihat ikan pari berenang. Berkunjung ke Waigeo Selatan, aku juga tak akan melewatkan berkunjung ke Kabui Bay yang memiliki banyak pulau karang (kars), gua tengkorak, dan tempat bersejarah lain di Kali Raja. Juga tak lupa berkunjung ke Sawandarek, di mana di sana ada pasir berpanatai putih dengan bebek laut dan karang yang indah, atau desa tradisional dengan suasana yang unik. Aku juga ingin berkunjung ke Kepulauan Wayang di distrik Waigeo Barat, yang masih berada dalam kawasan Coral Triangle sebagai kawasan paling kaya dengan keanekaragaman hayatinya. Seperti yang dilansir dari www.ranselkosong.com jika melalui Puncak Wayang ini pesona Raja Ampat semakin terlihat nyata. Dari Puncak Wayang ini kita bisa menyaksikan keindahan gugusan batu karang yang sangat istimewa.



Selain beberapa tempat di atas, aku masih ingin berkeliling dengan mengunjungi beberapa tempat di Raja Ampat, yaitu :

  1. Tomolol dengan keindahan guanya. Aku ingin sekali melihat lukisan telapak tangan manusia dan hewan yang sangat besar. Di mana lukisan tersebut ditulis oleh penghuni gua dari masa prasejarah. Dan sekalian berkunjung ke sebelah utara Weigo untuk belajar sejarah dengan mengunjungi gua dari masa Perang Dunia II, tempat pasukan Belanda dan Jepang membangun bunker mereka.



  2. Pulau Ayau, yang merupakan pulau-pulau kecil di Kepulauan Karang yang sangat besar di mana dasar lautnya berpasir putih dan menghubungkan satu pulau dengan pulau lain. Di sana juga ada pulau-pulau dengan pasir yang unik atau yang oleh masyarakat disebut “Zandplatt” yang merupakan habitat unik vegetasi lokal.



                Alam Raja Ampat yang sangat luar biasa itu, akan sangat sayang sekali jika kekayaan alam ini sampai rusak karena ulah manusia. Beruntung, masyarakat sekitar Raja Ampat punya cara tersendiri untuk menjaga keseimbangan alam lautnya.

Dari generasi ke generasi, kehidupan laut dan hutan diwariskan. Laut dan hutan adalah sandaran segala kehidupan. Kesadaran pentingnya air dan tanah itulah yang mendorong warga di Raja Ampat menciptakan sistem budaya untuk menjaga dan melestarikan alam di sekelilingnya. Sistem budaya itu bernama "Sasi" dan "Rajaha". Budaya ini, budaya Sasi adalah salah satu upacara adat untuk penutupan satu kawasan atau dusun untuk menjaga kelestarian ekosistem alamnya. Sasi juga berarti larangan bersama (kolektif) terhadap suatu objek atau kawasan yang mencakup kepentingan orang banyak. Jadi, Sasi Rajaha merupakan suatu bentuk perlindungan yang diterapkan dalam suatu wilayah laut dan hutan oleh kepala adat atas kesepakatan bersama untuk melindungi hasil laut dan biola laut dalam jangka waktu tertentu demi kepentingan umum. 


           Sasi diterapkan dalam dua macam, yang bergantung pada keadaan, waktu, dan kebutuhan. Ada Sasi yang disengajakan dan Sasi yang tidak disengajakan.

  1. Sasi yang disengajakan adalah sasi yang diberlakukan setelah melihat hasil laut yang diperolah kian hari kian berkurang dan sumber-sumber pendapatan untuk memenuhi biaya hidup keluarga pun makin sulit. Karena itulah, sasi jenis ini digelar untuk memberi kesempatan biota laut beregenerasi agar hasilnya bertambah
  2. Sasi yang tidak disengajakan adalah sasi yang ada dengan sendirinya karena gejala alam yang tak memungkinkan untuk dilakukan usaha laut, seperti musim angin kencang yang berkepanjangan (3-6 bulan), sehingga kepala adat dapat mengumumkan keadaan tersebut dengan sasi. Sasi baru dibuka setelah musim angin berlalu.

Selain itu, sasi untuk wilayah laut dibagi menjadi dua macam, yaitu sasi bersayarat dan sasi tanpa syarat :

  1. Sasi bersyarat adalah sasi yang diberlakukan pada salah satu biota laut pada suatu wilayah laut tertentu. Namun, jika masyarakat hendak melaksanakan perhelatan acara penting, seperti upacara keagamaan, upacara perkawinan, maka masyarakat diperbolehkan mengambil biota laut yang disasi.
  2. Sasi tanpa syarat adalah larangan selama sasi belum dicabut. Selain itu, ada juga sasi yang berlangsung sepanjang masa. Sasi ini biasa dilakukan pada wilayah tertentu yang diyakini sebagai benda cagar budaya, seperti situs kerajaan atau bahkan huniah roh-roh halus. Kawasan yang mendapat status sasi ini tak sembarang orang bolehmencari ikan di dalamnya. Pelanggaran terhadap larangan biasanya selalu berakhir dengan malapetaka tanpa diketahui sebabnya.

Penutupan dan pembukaan sasi diawali dengan upacara adat yang dipimpim kepala adat. Upacara ini biasanya berlangsung selama 1-7 hari. Upacara itu diawali penyerahan dan penetapan alat-alat penandaan. Selanjutnya, perkakas tonggak tanda batas, seperti pelampung, bendera, dan jangkar diarak keliling dengan grup suling tambur untuk memberitahu sekaligus mengenalkan kepada seluruh masyarakat tanda-tanda yang akan dipasang di daerah yang akan disasi (Daerah Perlindungan Laut) sehingga masyarakat tidak melanggar tanda-tanda tersebut dan juga tanda itu merupakan wilayah yang disasi. 


Sementara, pada saat "rajaha" juga dilakukan upacara dengan memotong ayam putih kemudian diikat pada lokasi yang disasi. Untuk mencegah pencurian hobatan yang berbentuk cairan atau daun-daun yang diisi botol kecil lalu digantungkan pada tiang kayu di lokasi yang disasi. Hobatan ini selalu disertai pembacaan mantera. Pemasangan rajaha berlangsung selama sasi berjalan.
Apabila sasi berakhir, maka rajaha juga ikut dicabut. Pencabutan rajaha biasanya tak disertai upacara, hanya pemberitahuan dari pemerintahan adat kepada masyarakat bahwa rajaha sudah dicabut. Pemberitahuan penutupan dan pembukaan sasi ini sangat penting sebab pelanggaran dari sasi itu dapat mengakibatkan cacat seumur hidup atau seseorang akan meninggal.
 
(budaya sasi)


          Tidak hanya melalui budayanya saja masyarakat Raja Ampat menjaga kelestarian alamnya. Kearifan lokal di sana pun juga ikut berperan dalam mencegah rusaknya lingkungan dan menjaga potensi lautnya. Penduduk Raja Ampat memiliki cara yang ramah lingkungan dan tidak merusak laut dalam menangkap ikan. Cara-cara tersebut antara lain :

  1. Dengan teknologi tradisional seperti kalawai atau penikam. Selain itu mereka juga membuat kerambah dari kayu, yang dibuat melingkar atau memanjang, dengan berliku-liku dan dirancang seperti tempat yang senang didatangi oleh ikan-ikan. Sehingga ketika ikan telah berada di dalam kerambah pada saat air pasang, ikan-ikan tersebut tidak dapat keluar ketika air surut. Kemudian ikan-ikan tersebut akan ditangkap oleh para nelayan dengan serok atau tangguk yang dibuat dari jarring /jala yang telah di jahit.
    (kalawai)  

  2. Dengan cara Moloatau menyelam dengan alat senapan yang dirancang khusus untuk menembak ikan yang dibuat dari kayu dan kawat sebagai penikam yang dapat dilontarkan dari senapan. Para pemolo ini dilengkapi dengan kaca molo atau kaca selam untuk melindungi mata
  3. Dengan cara Bacigi atau memancing dengan kain tanpa umpan . Hal ini dilakukan pada ikan yang berkumpul dalam jumlah yang besar dan padat mulai dari pertengahan laut sampai permukaan kulit air sehingga mudah dikait dengan kail kosong
  4. Menangkap ikan di malam hari oleh masyarakat dikawasan teluk Mayalibit, kampung Lopintol, dimana mereka hanya menggunakan lampu gas (petromaks) untuk mengajak ikan dalam jumlah besar ke tepi pantai lalu ditimba dengan serok atau tangguk yang dibuat dari jala atau jaring. Masyarakat di kampung ini juga melakukan lobe malam.
  5. Hampir seluruh masyarakat Papua yang tinggal di pesisir pantai dan pulau-pulau menggunakan perahu dayung dan alat pancing seperti tali pancing atau nelon, kail dan timah sebagai pemberat untuk memancing di sasar laut.
  6. Dengan cara Tunda untuk jenis ikan tuna/cakalang dan tengiri yang menggunakan umpan dari tali raffia yang dihaluskan dan dipasang padakail dengan cara diikat.
               Keindahan alam, budaya dan kearifan lokal masyarakat Raja Ampat menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, saling menjaga dan saling memberi manfaat. Sosuwit sekali, ya? Oh My... sekarang juga aku ingin ke sana! 
                  Ah, tak lupa  sebelum berkunjung ke Raja Ampat, tidak ada salahnya melihat info2 di http://indonesia.travel yang menyediakan tips dan banyak hal lagi tentang raja ampat dan tempat wisata lain. 
                 Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Indo travel dan untuk info lebih lengkapnya bisa KE SINI

CC : 


http://cerita.kbatur.com/raja-ampat-pulau-surga-di-tanah-merauke/

http://travel.okezone.com/read/2013/08/22/408/853963/empat-penguasa-di-keindahan-laut-raja-ampat

http://www.indonesia.travel/id/destination/248/raja-ampat


http://www.ranselkosong.com/2013/06/surga-fotografi-raja-ampat-papua-barat.html





http://www.youtube.com/watch?v=Wu6ELZDzD10 (sasi) 


https://www.youtube.com/watch?v=68ISYDCtcdY (menyelam)

www.google.com (pic)
 




0 komentar: