Jumat, 17 April 2015

CONTOH ANALISIS KASUS PHOBIA

TUGAS PSIKOLOGI ABNORMAL
ANALISIS KASUS INDIVIDUAL
“FOBIA



























Fobia merupakan salah satu gangguan kecemasan (anxiety disorder) yang terdapat dalam DSM IV-TR. Orang yang mengalami fobia akan cenderung mengalami ketakutan dan penolakan terhadap objek atau situasi yang tidak mengandung bahaya yang sesungguhnya (Psikologi Abnormal, 183). DSM IV-TR membagi fobia ke dalam dua jenis, yaitu fobia spesifik dan fobia sosial.
            Kriteria  fobia menurut DSM IV-TR :
-   Mengalami ketakutan yang berlebihan, tidak beralasan, dan menetap yang dipicu oleh objek atau situasi.
-   Keterpaparan dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens
-   Orang yang mengalami fobia menyadari bahwa ketakutannya tidak realistis
-   Orang tersebut menghindari suatu objek atau situasi tertentu, atau mungkin dapat dihadapi namun dengan kecemasan yang intens

ANALISIS KASUS
1.                  Gambaran Kasus

Profil singkat subyek :
Nama                                       : X
Jenis kelamin                           : Perempuan
Usia                                         : 22 tahun
Gangguan abnormalitas          : Fobia

            Tadalah perempuan berusia 22 tahun dan memiliki ketakutan berlebihan terhadap semua jenis kucing, sekali pun menurut orang lain kucing tersebut lucu. Ketika kucing itu mulai mendekatinya, secara perlahan ia akan merasa cemas dan mulai kesulitan untuk bernafas. Semakin kucing tersebut mendekat, ia akan jadi panik kemudian berlari menjauhi kucing tersebut. Dan ketika kucing tersebut mendekatinya diam-diam dan bergelayut padanya, ia akan langsung berteriak dan berlari sejauh mungkin. Kemudian jantungnya akan berdebar kencang, gemetar dan berkeringat dingin. Oleh karena itu ia berusaha untuk sejauh mungkin dari kucing, bahkan ia mengatakan jika tidak akan pernah mau bersentuhan dengan kucing sekalipun itu dibayar mahal. 

2.         Etiologi
Ketakuatan Tterhadap kucing berlangsung sejak kecil, dirinya sendiri tidak tahu kapan pastinya ia takut terhadap kucing. Yang pasti ibunya Tjuga mengalami fobia dan selalu berusaha utuk menghindari kucing. Suatu hari Tjuga pernah melihat pamannya dicakar kucing pada bagian wajah dan menimbulkan luka, yang semakin membuat Tmerasa takut sekaligus benci terhadap kucing.
Etiologi yang dijelaskan oleh Tsesuai dengan etiologi fobia berdasarkan teori modeling dan behavioral. Menurut teori modeling, bahwa ketakutan juga dapat dipelajari dengan meniru reaksi orang lain. Dalam membentuk perilakunya, seorang anak akan lebih cenderung untuk meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Termasuk Tyas, yang tanpa disadarinya saat kecil sebenarnya ia meniru bagaimana ibunya merespon akan keberadaan kucing.
Sedangkan menurut teori behavioral yaitu melalui classical conditioning yang mengatakan bahwa seorang dapat belajar untuk takut pada suatu stimulus netral (CS) jika stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang secara instrinsik menyakitkan atau menakutkan (UCS). Dan CS disini adalah kucing, sedangkan UCS-nya atau kondisi yang menyakitkan adalah kucing mencakar wajah pamannya sehingga membuat pamannya menjadi kesakitan. Sehinnga membuat Tjadi berpikiran negatif terhadap kucing.

3.         Gejala yang tampak
            Saya mengkategorikan kasus Tsebagai kasus fobia spesifik, karena ketakutan Tyang berlebihan hanya muncul saat bertemu obyek tertentu, dalam hal ini adalah kucing. Adanya objek yang menjadi stimulus fobia tersebut membuat Tketakutan, sehingga seketika itu juga memicu munculnya beberapa gejala, antara lain :
·                     Panik
·                     Merasa cemas
·                     Merasa sulit bernapas
·                     Jantung berdebar
·                     Berkeringat
·                     Gemetar
·                     Sangat ingin menghindar dari objek tersebut

4.         Diagnosis multiaksial

Aksis 1            :           F40.2 Fobia Khas (terisolasi)
Aksis 2            :           Z03.2 Tidak ada diagnosis gangguan kepribadian
Aksis 3            :           Tidak ada data
Aksis 4            :           Tidak ada data
Aksis 5            :           GAF = 75

5.         Intervensi
Ketakutan Tterhadap kucing hingga saat ini relatif menetap karena persepsinya yang negatif mengenai kucing. Karena itu, ada beberapa intervensi yang mungkin dapat membantu subyek mengurangi fobia yang dialaminya.

ü  Pendekatan Behavioral
Berdasarkan pendekatan ini, teknik modelling dan operant conditioning dirasa yang cukup sesuai dengan kondisi subyek. Pada teknik modeling, subyek dapat diperlihatkan cara orang lain menyikapi kucing yang mendekat padanya, bagaimana sebaiknya memposisikan diri, dan bagaimana memperlakukan kucing agar tidak marah (mencakar). Sedangkan pada operant conditioning, subyek dapat didorong untuk dapat mendekati objek nyata yang ditakutinya, dan diberi hadiah meskipun pendekatannya pada objek tersebut sangat minim.

ü  Pendekatan kognitif
Dengan pendekatan ini, orang-orang di sekitar subjek dapat membantu subyek (ibunya juga bila perlu) untuk mengabaikan rasa takutnya dengan cara menghapuskan keyakinan irasional subyek yang berlebihan tentang kucing.
.





DAFTAR PUSTAKA


Davidson, G.C., Neale J.M., Kring A.M. (2006). Psikologi Abnormal (edisi ke-9). Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
American Psychiatric Assosiation. (2000). American Psychiatric Assosiation : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision.Washington, DC.
HIMPSI. (1993). Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III.


FORM RESEARCH PROJECT

RESEARCH PROJECT
(Latar Belakang Penelitian)







Judul Penelitian
(Optional)
Proses Adaptasi Santri Mahasiwa Rantau di Perguruan 


Kata Kunci
Adaptasi, mahasiswa rantau, perguruan tinggi negeri, santri


Konteks Penelitian
Subjek adalah mahasiswa rantau yang dulunya selain bersekolah formal (SLTA) juga sambil mondok, dan saat ini sedang kuliah di Universitas XXXXX


Pertanyaan Penelitian
1.      Bagaimakah cara yang dilakukan oleh para santri untuk beradaptasi di lingkungan perguruan tinggi negeri?
2.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses adaptasi


Data yang diperoleh
1.      Siapapun dapat mendaftar untuk mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi tanpa terkecuali, tanpa memandang latarbelakang siswa tersebut
2.      Informasi beasiswa kini semakin gampang untuk diakses informasisnya dan pendaftarannya juga lebih simpel dengan hanya mengisi formulir secara online dan otomatis akan langsung terdaftar. Tanpa kita perlu mendatangi tempat pemberi beasiswa untuk mengambil formulir kemudian menyerahkan kembali ke sana.
3.      Ternyata para santri juga memiliki antusias yang besar untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri. Kementrian agama sendiri juga membuka kuota yang cukup banyak. Dan universitas-universitas yang ditawarkan juga termasuk dalam universitas unggulan
4.      Informasi yang diperoleh adalah santri ternyata juga mampu bersaing dan menunjukkan prestasi yang bagus di lingkungan kampus.
5.      Beasiswa ini mampu membuktikan dan mematahkan anggapan lama jika santri hanya pandai di pendidikan yang berbasis agama saja, tapi jika mereka diberi kesempatan mereka juga dapat berprestasi dalam sains dan teknologi, yang pada ahirnya nanti dapat membantu pengembangan pesantren di Indonesia





















Alur berpikir
(buat skema berpikir)

Flowchart: Process: Jalur masuk perguruanntinggi banyak Flowchart: Process: Akses informasi beasiswa makin mudah Flowchart: Process: Beasiswa dari Kementrian Agama
 



                                                                                              


 


                       
Flowchart: Process: Santri sekaligus menjadi mahasiswa rantau Flowchart: Process: Ada mahasiswa rantau dan putra daerah asli Flowchart: Process: Santri menjadi mahasiswa Perguruan Tinggi
Flowchart: Process: Berhadapan dengan lingkungan dan budaya yang berbeda Flowchart: Process: - Lingkungan pondok dan kampus beda
- Budaya daerah asal dan daerah rantauan beda
Flowchart: Process: Penelitian gambaran proses adaptasi santri mahasiswa di perguruan tinggi negeri
 


































Daftar Literatur (Khususnya Jurnal Ilmiah yang diperoleh):


Aidilla, T ( 2015). Kemenag gelontorkan beasiswa buat ribuan santri di ptn unggulan. [on-line]. Diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/15/03/26/nlsza3-kemenag-gelontor-beasiswa-buat-ribuan-santri-di-ptn-unggulan
Brisset,C. dkk. (2010). Psychological and sociocultural adaptation of university students in france: The case of vietnamese international students, 34. pp 413–426.
Chandrataruna, M & Rahadian, T. (2013). Cara masuk perguruan tinggi negeri tahun ini. [on-line].             Diakses pada tanggal 7 April 2015 dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/412022-3-cara-masuk-perguruan-tinggi-negeri-tahun-ini

Dinayanti, E. (2015). Akses santri meraih pendidikan tinggi berkualitas. [on-line].             Diakses pada tanggal 10 April 2015 dari http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/03/24/akses-santri-meraih-pendidikan-tinggi-berkualitas

Efendi, M.Y. (2009). Pola hidup santri dan peranannya terhadap sosial keagamaan (Studi kasus pada pondok pesantren Manba ul Ulum dusun Sukorembug Sidomulyo Batu). Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Fuad, M.A. (2015). Menjadi santri di lingkungan kampus.  [on-line].             Diakses pada tanggal 10 April 2015 dari : http://kmnu.or.id/konten-22-menjadi-santri-di-lingkungan-kampus.html

 Jawahir, M. (2013). Pengaruh komunikasi interpersonal ketua program studi  terhadap proses adaptasi santri mahasiswa. [on-line]. Diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari http://nazariyyat.staimafa.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/05-rubrik-artikel_Jawahir.pdf


Lee, J & Ciftci, A. (2013). Asian  international  students’  socio-cultural  adaptation Influence  of  multicultural  personality,  assertiveness, academic self-efficacy, and social support, 38. pp  97-105.
Rio (2012). Informasi beasiswa di jakarta semakin mudah diakses. [on-line]. Diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari http://www.jakarta.go.id/v2/news/2012/09/informasi-beasiswa-di-jakarta-semakin-mudah-diakses
Sebanyak 320 Santri Terima Beasiswa PBSB (2011). [on-line]. Diakses pada tanggal 7 April 2015 dari http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index.php?option=com_content&task=blogsection&id=9&Itemid=31
Winata, A. (2014).  Adaptasi Sosial Mahasiswa Rantau dalam  Mencapai Prestasi Akademik. Bengkulu ; Universitas Bengkulu.











CONTOH BAB I PENELITIAN KUALITATIF : Proses adaptasi santri mahasiswa rantau di perguruan tinggi

Proses Adaptasi Santri Mahasiswa Rantau di Perguruan Tinggi Negeri



BAB I

1.1  Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi salah satu hal yang cukup penting untuk menghadapi tuntutan hidup di era sekarang. Pendidikan di Indonesia dimulai dari PAUD hingga jenjang perguruan tinggi.  Untuk memasuki jenjang perguruan tinggi ada 3 cara yang dapat di tempuh, seperti : Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) atau  jalur tes tulis,  Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau jalur undangan, dan ujian saringan masuk yang diselenggarakan oleh masing-masing PTN atau biasa disebut ujian mandiri (Chandrataruna & Rahadian, 2013). Selain itu, saat ini juga banyak penawaran beasiswa bagi lulusan tingkat SLTA untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, baik beasiswa penuh maupun tidak, dan oleh pemerintah maupun pihak swasta.
Informasi mengenai beasiswa khususnya di kota besar seperti Jakarta, kini semakin mudah diakses. Penprov DKI Jakarta terus mengembangkan sistem informasi tentang beasiswa yang dapat diakses secara online, bahkan siswa sendiri dapat dengan langsung mendaftar disana (Rio, 2012). 
Pada tahun 2011 kementrian agama menetapkan 320 santri berhak menerima beasiswa PBSB. PBSB adalah beasiswa dari kemetrian agama yang diperuntukkan untuk para santri agar dapat melajutkan pendidikan formal keperguruan perguruan tinggi seperti IPB, ITS, UNAIR, UIN Jakarta dan lain-lain. Para santri cukup antusias mengikuti seleksi beasiswa ini, yang terlihat dari banyaknya santri yang mendaftar yakni sebanyak 6000 peserta di seluruh Indonesia (Sebanyak 320 Santri Terima Beasiswa PBSB, 2011). Pada tahun ini saja ada sekitar  3000 santri mahasiswa yang dibiayai oleh kementrian agama. Para santri tersebut memiliki prestasi yang unggul dan dapat bersaing dengan mahasiswa lainnya di kampusnya (Tahta Aidilla, 2015). Beasiswa PBSB ini mampu membuktikan dan mematahkan anggapan lama jika santri hanya pandai di pendidikan yang berbasis agama saja, tapi jika mereka diberi kesempatan mereka juga dapat berprestasi dalam sains dan teknologi, yang pada ahirnya nanti dapat membantu pengembangan pesantren di Indonesia (Dinayanti, 2015)

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa semakin luasnya kesempatan bagi para siswa lulusan tingkat SLTA di Indonesia untuk dapat melajutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, tak terkecuali untuk para santri yang selain bersekolah formal juga sambil mondok di pesantren. Para santri yang diterima beasiswa PBSB di salah satu perguruan tinggi, tentu tidak semua berasal dari kota dimana perguruan tersebut berada, namun sebagian dari mereka merupakan mahasiswa rantau.
Dan Subjek penelitian kali ini adalah santri yang menjadi mahasiwa rantau di perguruan tinggi. Santri sendiri menurut Clifford Geertz (dalam Fuad, 2015) adalah orang beragama islam yang taat, tinggal di pesantren dan dididik oleh seorang kyai. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2009) tentang pola hidup santri dan bagaimana mereka berperan terhadap agama dalam kehidupan social, penelitian tersebut menunjukkan hasil antara santri dan lingkungan sekitarnya terjadi hubungan timbale balik yang saling membutuhkan. Sehingga tidak mengherankan jika interaksi antara santri dan warga sekitar berlangsung dengan baik. Para santri juga ikut dalam kegiatan social yang dilakukan di lingkungan sekitar serta mereka juga melakukan dakwah di lingkungan tersebut. Santri-santri tersebut  memegang teguh visi misi pondok pesantren mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan pondok pesantren dan lingkungan kampus, merupakan dua lingkungan yang  amat sangat berbeda. Berdasarkan penelitian Jawahir (tanpa tahun) yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Ketua Program Studi  Terhadap Proses Adaptasi Santri Mahasiswa” menunjukkan hasil jika proses adaptasi santri mahasiswa tersebut dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal dengan dosen Kaprodi. Dosen Kaprodi menanamkan sikap saling percaya dan saling terbuka satu sama lain  dalam berkomunikasi sehingga membantu mahasiswa dalam beradaptasi. Bimbingan dari dosen Kaprodi diperlukan untuk memberikan rasa percaya diri santri mahasiswa dalam berdaptasi di lingkungan kampus tanpa mengganggu aktifitas perkuliahan mereka.
   Selain mengalami perbedaan antara lingkungan kampus dan pesantren, para santri mahasiswa rantau tersebut juga mengalami perbedaan budaya antara kampung halaman dan tempat perantauan.  Penelitian oleh Winata (2014) berusaha mencari gambaran dan penjelasan proses adaptasi sosial mahasiswa rantau di lingkungan kampus maupun lingkungan sosial tempat tinggalnya. Selain itu, untuk menjelaskan tentang prestasi akademik mahasiswa yang dilihat dari IPK, lama studi dan drop out. Hasil yang didapat adalah mahasiswa rantau  menyesuaikan diri dengan terlebih dahulu bergaul dengan orang sedaerah sebelum nantinya bergaul dengan orang dari daerah lain. Dan mahasiswa yang tidak mampu beradaptasi cenderung memiliki sifat pemalu, serta mahasiswa rantau yang mampu mecapai prestasi baik adalah mereka yang aktif dan komunikatif. 
Menghadapi lingkungan dan budaya baru setiap orang pasti dan harus beradaptasi terhadapnya, terlepas berhasil tidaknya adaptasi tersebut. Dan banyak faktor yang tentu akan  menyertai proses adaptasi yang dilakukan oleh para santri mahasiswa rantau di perguruan tinggi.
Dalam sebuah penelitian yang  dilakukan oleh (Brisset dkk, 2010)  tentang adaptasi psikologi dan sosial mahasiswa internasional (dari Vietnam) di Perancis, dengan  membandingkan bagaimana mahasiswa internasional dan mahasiswa baru  asli Perancis akan beradaptasi di lingkungan universitas di Perancis. Lingkungan yang baru dan dengan berbagai tingkat intelektual yang berbeda  akan menghadirkan sebuah tantangan dan kesulitan tersendiri. Adapun hasil penelitian tersebut  menunjukkan jika stress psikologi yang diakibatkan oleh  kecemasan dan kedekatan yang intim relevan dengan proses adptasi yang dilakukan oleh subjek mahasiswa internasional. Identifikasi kebangsaan juga relevan dengan subjek mahasiswa internasional. Selain itu hipotesis tentang isu kelekatan lebih signifikan untuk subjek yang berasal dari Vietnam daripada Perancis
Sedangkan penelitian yang dilakuakn oleh Jiyeon dan Ciftci (2013) tentang pengaruh kepribadian dari berbagai kultur, ketegasan, dukungan sosial dan kepercayaan diri dalam adaptasi kultur sosial murid internasional dari Asia di US, memberikan hasil Hasil mengindikasikan bahwa tidak ada efek langsung dari dukungan sosial terhadap kemampuan beradaptasi dengan kultur sosial. Justru kepribadian seperti kepercayaan diri berperan besar dalam membantu para siswa untuk beradaptasi.
Berdasarkan fenomena-fenoma di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana para santri mahasiswa rantau berdaptasi di perguruan tinggi negeri. Karena yang dihadapi oleh para santri tersebut adalah lingkungan sekaligus budaya yang baru. Dalam penelitian juga dikatakan jika berhadapan dengan lingkungan atau budaya yang baru maka otomatis akan dihadapkan juga dengan tantangan dan kesulitan baru. Di satu penelitian mengatakan jika faktor eksternal atau dukungan sosial berpengaruh dalam beradaptasi dengan lingkungan atau budaya yang baru, sementara penelitian lainnya menunjuukan jika faktor internal atau berasal dari individu seperti kepribadianlah yang lebih berpengaruh dalam keberhasilan beradaptasi. Dan di penelitian yang lain mengatakan jika para santri berpegang teguh terhadap nilai-nilai yang di anut oleh pesantrennya. Jadi menarik untuk dilakukan penelitian tentang bagaimana seebenarnya gambaran proses adaptasi para santri mahasiswa rantau  di perguruan tinggi negeri.
1.2  Fokus penulisan
           Penulisan ini dilakukan berawal dari keingintahuan penulis untuk mendapatkan gambaran mengenai proses adaptasi yang dilakukan oleh santri mahasiswa di Universitas Airlangga, khususnya santri mahasiswa yang berasal dari luar kota Surabaya
            Dengan demikian dipilih fokus kajian penulisan sebagai berikut:
1.Bagaimanakah proses adaptasi yang dilakukan oleh santri mahasiswa rantau di Perguruan Tinggi?
2.Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi para santri tersebut dalam beradaptasi?
3.Kesulitan atau tantangan apa saja yang dihadapi selama proses adaptasi?
1.3  Signifikasi
          Penelitian oleh Winata (2014) berusaha mencari gambaran dan penjelasan proses adaptasi sosial mahasiswa rantau di lingkungan kampus maupun lingkungan sosial tempat tinggalnya, serta prestasi akademik mereka. Hasilnya adalah mahasiswa rantau  menyesuaikan diri dengan terlebih dahulu bergaul dengan sedaerah sebelum nantinya bergaul dengan teman daerah lain. Dan mahasiswa yang tidak mampu beradaptasi cenderung memiliki sifat pemalu, sementara mahasiswa rantau yang mampu mecapai prestasi baik adalah mereka yang aktif dan komunikatif. 
         Keunikan penelitian ini terletak pada subjeknya. Jika pada penelitian sebelumnya  subjeknya adalah mahasiswa rantau secara umum tanpa memandang latar belakang mahasiswa tersebut, maka di  penelitian ini subjeknya adalah mahasiswa rantau yang berlatar belakangkan sebagai santri.
   Urgensi dari penelitian ini adalah dengan semakin terbukanya kesempatan dan kemudahan  bagi santri untuk dapat melanjutkan pendidikan formal ke tingkat perguruan tinggi, maka jumlah mahasiswa yang berlatar belakangkan santri juga akan semakin banyak. Sehingga penting untuk mengetahui bagaimana mereka beradaptasi terhadap lingkungan kampus  dan budaya  daerah yang sangat berbeda dengan lingkungan kampus dan budaya daerah asal mereka. Dengan demikian,  maka akan dapat diketahui apa yang menjadi hambatan atau kunci sukses para santri mahasiswa rantau dalam beradaptasi. Yang selanjutnya dapat digunakan oleh dosen atau pihak kampus untuk membantu santri mahasiswa agar mampu beradaptasi dengan baik.  
1.4  Tujuan Penulisan
1.      Mendeskripsikan proses adaptasi santri mahasiswa rantau di perguruan tinggi negeri
2.      Mendeskripsikan faktor  yang mempengaruhi proses adaptasi santri mahasiswa rantau di perguruan tinggi negeri
3.      Mendeskripsikan kesulitan-kesulitan apa yang dialami santri mahasiswa selama proses adaptasi
1.5  Manfaat Penulisan
        Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis :
1. Manfaat Teoritis
a.       Menambah khasanah informasi dan hasil penelitian dalam bidang psikologi pendidikan khususnya berkaitan dengan proses adaptasi santri mahasiswa rantau  di perguruan tinggi negeri
b.      Memunculkan sebuah pengetahuan baru tentang bagaimana proses adaptasi santri mahasiswa beradaptasi di lingkungan kampus yang berbeda dengan lingkungan pesantren, serta budaya dari daerah asal mahasiswa  dan budaya tempat perantauan yang  juga berbeda.
2. Manfaat Praktis
a.    Hasil penelitian ini diharapakan dapat dimanfaatkan untuk membantu santri mahasiswa rantau tahun selanjutnya untuk berhasil beradaptasi di lingkungan kampus
b.   Menjadi bahan penunjang bagi penelitian-penelitian selanjutnya khusunya yang berkaitan dengan  proses adaptasi santri mahasiswa rantau  dalam konteks yang lebih luas



DAFTAR PUSTAKA
Aidilla, T ( 2015). Kemenag gelontorkan beasiswa buat ribuan santri di ptn unggulan. [on-line]. Diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/15/03/26/nlsza3-kemenag-gelontor-beasiswa-buat-ribuan-santri-di-ptn-unggulan
Brisset,C. dkk. (2010). Psychological and sociocultural adaptation of university students in france: The case of vietnamese international students, 34. pp 413–426.
Chandrataruna, M & Rahadian, T. (2013). Cara masuk perguruan tinggi negeri tahun ini. [on-line].             Diakses pada tanggal 7 April 2015 dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/412022-3-cara-masuk-perguruan-tinggi-negeri-tahun-ini

Dinayanti, E. (2015). Akses santri meraih pendidikan tinggi berkualitas. [on-line].             Diakses pada tanggal 10 April 2015 dari http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/03/24/akses-santri-meraih-pendidikan-tinggi-berkualitas

Efendi, M.Y. (2009). Pola hidup santri dan peranannya terhadap sosial keagamaan (Studi kasus pada pondok pesantren Manba ul Ulum dusun Sukorembug Sidomulyo Batu). Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Fuad, M.A. (2015). Menjadi santri di lingkungan kampus.  [on-line].             Diakses pada tanggal 10 April 2015 dari : http://kmnu.or.id/konten-22-menjadi-santri-di-lingkungan-kampus.html

 Jawahir, M. (2013). Pengaruh komunikasi interpersonal ketua program studi  terhadap proses adaptasi santri mahasiswa. [on-line]. Diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari http://nazariyyat.staimafa.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/05-rubrik-artikel_Jawahir.pdf


Lee, J & Ciftci, A. (2013). Asian  international  students’  socio-cultural  adaptation Influence  of  multicultural  personality,  assertiveness, academic self-efficacy, and social support, 38. pp  97-105.
Rio (2012). Informasi beasiswa di jakarta semakin mudah diakses. [on-line]. Diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari http://www.jakarta.go.id/v2/news/2012/09/informasi-beasiswa-di-jakarta-semakin-mudah-diakses
Sebanyak 320 Santri Terima Beasiswa PBSB (2011). [on-line]. Diakses pada tanggal 7 April 2015 dari http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index.php?option=com_content&task=blogsection&id=9&Itemid=31
Winata, A. (2014).  Adaptasi Sosial Mahasiswa Rantau dalam  Mencapai Prestasi Akademik. Bengkulu ; Universitas Bengkulu.