Senin, 15 September 2014

AUTISME : Gejala, Etologi dan Terapi

AUTISM
GEJALA
            Gejala Autisme menurut DSM-5 adalah :
A.    Keterbatasan dalam komunikasi dan interaksi sosial yang bersifat menetap di berbagai konteks.
1.      Keterbatasan dalam komunikasi emosional dan sosial. Contohnya pendekatan sosial yang tidak normal dan kegagalan untuk melakukan komunikasi dua arah, kegagalan untuk berinisiatif atau merespon pada interaksi sosial.
2.      Terganggunya perilaku komunikasi nonverbal yang biasanya digunakan dalam interaksi sosial. Integrasi komunikasi verbal dan nonverbal yang sangat parah, hilangnya kontak mata, bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
3.      Keterbatasan dalam mengembangkan, mempertahankan, dan memahami hubungan. Contohnya kesulitan menyesuaikan perilaku pada berbagai konteks sosial, kesulitan dalam bermain imajinatif atau berteman, tidak adanya ketertarikan terhadapa teman sebaya.
B.     Perilaku yang terbatas, pengulangan pola perilaku yang repetitive, ketertarikan atau aktifitas, sebagai pernyataan dalam minimal dua hal dari perilaku di bawah ini :
1.      Pergerakan motor repetitife atau stereotype, penggunaan objek-objek atau bahasa, misalnya melakukan stereotype sederhana, membariskan mainan-mainan atau membalik objek
2.      Perhatian yang besar pada sesuatu yang sama, rutinitas yang kaku, pengulangan dalam pola perilaku verbal dan non verbal. Contohnya stress ekstrim pada suatu perubahan yang kecil, kesulitan pada adanya proses perubahan pola pikir yang kaku.
3.      Kelekatan dan pembatasan diri yang tinggi pada suatu ketertarikan yang abnormal. Contoh : kelekatan yang kuat pada preokupasi pada objek-objek yang tidak biasa, pembatasan yang berlebihan atau perseverative interest.
4.       Hiperaktivitas atau hipoaktivitas pada input sensory atau ketertarikan tidak biasa dalam aspek sensori dalam lingkungan Contoh : sikap tidak peduli pada rasa sakit atau temperature udara, respon yang berlawanan pada suara atau teksture tertentu penciuman yang berlebihan atau dari objek, kekaguman visual pada cahaya atau gerakan.
C.     Gejala harus hadir dalam periode perkembangan awal (tapi mungkin tidak termanifestasi secara penuh sampai tuntutan sosial melebihi kapasitas yang terbatas, atau mungkin tertutupi dengan strategi belajar dalam kehidupannya)
D.    Gejala menyebabkan perusakan yang signifikan pada kehidupan sosial, pekerjaan atau setting penting lain dalam kehidupan
E.     Beberapa kemampuan lebih baik tidak dijelaskan dengan istilah ketidakmampuan intelektual atau gangguan perkembangan intelektual atau kelambatan perkembangan secara global
ETIOLOGI
1.      Faktor psikososial dan keluarga
Beberapa anak dengan gangguan autistic dapat sangat sensitif pada perubahan kecil di dalam keluarga serta lingkungannya. Seperti perselisihan keluarga, kelahiran saudara kandung, atau pindahnya keluarga
2.      Faktor biologis
            Tingginya angka retardasi mental pada anak dengan gangguan autistic dan angka gangguan bangkitan yang lebih tinggi daripada yang diharapkan menunjukkan adanya dasar biologis adanya gangguan autistik. Kira-kira 75% anak dengan gangguan autistic memiliki retardasi mental.Kira-kira sepertiga anak ini memiliki retardasi mental ringan hingga sedang, dan hampir setengah dari anak-anak ini mengalami retardasi mental berat atau sangat berat.
3.      Faktor genetik
           Pada beberapa survey, antara 2 dan 4 persen saudara kandung anak autis juga mengalami gangguan autistic.
          Laporan klinis menegaskan bahwa pada keluarga yang memiliki anggota autistik, anggota non autistiknya mempunyai gangguan pelafalan bahasa atau kognitif lainnya dengan angka kejadian yang lebih tinggi
         Baru-baru ini oenelitian menapis lebih dari 150 pasang DNA milik saudara kandung anak dengan autism. Mereka menemukan bukti yang sangat kuat bahwa dua region pada kromosom 2  dan 7 mengandung gen yang terlibat di dalam autism. Lokasi lain juga ditemukan pada kromosom 16 dan 17.

4.      Faktor imunologis
     Terdapat beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidak cocokan imunologis (yi, antibody maternal yang ditunjukkanpada janin) dapat turut berperan di dalam gangguan autistik. Limfosit beberapa anak autistik bereaksi dengan antibody maternal, suatu fakta yang meningkatkan kemungkinan jaringan syaraf embrionik atau ekstraembionik rusak selama gestasi.
5.      Faktor perinatal
        Pendarahan ibu setelah trimester pertama dan mekonium di dalam cairan amnion dilaporkan lebih sering di dalam riwayat anak  dengan gangguan autistic dibandingkan populasi umum. Pada periode neonatus, anak autistic memeiliki insiden sindrom gawat napas serta anemia neonatus yang tinggi.
6.      Faktor Neuroanatomis
       Study MRI yang membandingkan orang autistic dengan control normal menunjukkan bahwa volume otak meningkat pada orang dengan autism, meskipun anak autistic dengan retardasi mental berat umumnya memiliki kepala yang lebih kecil.
      Lobus temporalis diyakini merupakan area penting pada kelainan otak di salam gangguan autistic. Hal ini didasarkan pada laporan mengenai sindrom mirip autistic pada beberapa orang dengan kerusakan lobus temporalis.
7.      Faktor biokimia
      Pada beberapa anak autistic, meningkatnya asam homo vanilat (metalobit domain utama) di dalam cairan serebrospinalmenyebabkan meningkatnya stereotype dan penarikan diri. Beberapa bukti menunjukkan bahwa keparahan gejala berkurang ketika terjadi peningkatan rasio asam 5-hidoraksi-indolasetat CSF (5-HIAA, metabolit serotonin) terhadap asam homovanilat CSF. CSF 5-HIAA  dapat berbading terbalik dengan kadar serotonin darah, kadar ini meningkat pada sepertiga pasien gangguan autistic, temuan non spesifik yang juga terdapat pada orang dengan retardasi mental

TERAPI
            Tujuan terapi untuk anak dengan gangguan autistic adalah untuk meningkatkan perilaku prososial dan perilaku yang secara sosial dapat diteriam, untuk mengurangi gejala perilaku yang aneh, dan memperbaiki komunikasi verbal serta non verbal. Perbaikan bahasa dan akademik sering diperlukan. Anak dengan retardasi mental memerlukan intervensi perilaku yang sesuai secara intelektual untuk mendorong perilaku yang dapat diterima secara sosial dan mendorong keterampilan perawatan diri. Disamping itu, orangtua, yang sering putus asa, membutuhkan dukungan dan konseling. Psikotererapi individual yang berorientasi tilikan terbuksi tidak efektif. Intervensi perilaku dan edukasi saat ini dianggap terapi pilihan. Pelatihan di dalam ruang kelas yang tersetruktur dikombinasikan dengan metode perilaku adalah metode perilaku yang paling efektif untuk banyak anak austik.
            Pelatihan yang diteliti pada orangtua mengenai konsep dan keterampilan modifikasi perilaku serta resolusi perhatian orangtua dapat menghasilkan cukup keuntungan di dalam bahasa, kognitif dan area perilaku sosial anak.
                        Tidak ada pengobatan spesifik untuk mengobati gejala inti gangguan autistic, meskipun demikian, psikofarmakoterapi merupakan terapi tambahan yang bernilai untuk mengurangi gejala perilaku terkait. Obat-obatan telah dilaporkan memperbaiki gejala berikut yang mencakup agresi, ledakan kemarahan hebat, perilaku mencederai diri sendiri, hiperaktivitas, dan perilaku obsesif-komplusif serta stereotypic. Pemberian obat anti psikotik dapat mengurangi agresi atau perilaku mencederai.
                        Agonis serotonim-dopamin (SDA) memiliki resiko rendah dalam menimbulkan efeksamping ekstrapiramidal, meskipun beberapa individu yang sensitive tidak dapat menoleransi efeksamping ekstrapiramidal atau antikolinergik dari agen antipsikotik atipikal.


--- 
sumber
DSM-V n buku psikiatri tapi lupa nulis daftar pustakanya


0 komentar: