Kamis, 28 Agustus 2014

Contoh Propoposal Penelitian Psikologi








Contoh proposal penelitian psikologi
By : Yanti-chan







 “HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT-INTROVERT DENGAN TINGKAT STRESS PADA REMAJA”












1.1.Latar Belakang Masalah
             Setiap individu pastilah mengalami yang dinamakan dengan fase perkembangan. Salah satu fase perkembangan yang dialami oleh manusia adalah perubahan dari masa kanak-kanak ke remaja.  Menurut Nasution (dalam Nabilah, 2013) mengatakan “Stress pada Remaja dapat dipicu oleh tuntutan dari orangtua dan masyarakat”. Sejatinya, stress dapat memberikan efek positif bagi yang bisa mengendalikannya, namun terkadang juga dapat menimbulkan efek yang negatif (Polinggapo, 2013)
            FW (17), siswi kelas III SMP di Depok, memilih mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di rumahnya pada hari Sabtu 18 Mei 2013. Remaja ini nekat bunuh diri di duga karena khawatir tidak lulus Ujian Nasional atau UN. Kakak FW mengatakan jika adiknya itu sangat giat belajar karena takut tidak lulus ujian negara tersebut. Namun, tiga hari sebelum acara perpisahan di sekolahnya, FW berubah sikap dari seseorang yang periang dan mudah bergaul menjadi pendiam (Depok kompas, 2013) . Menurut Brantley (dalam maruis 2002) mengatakan bahwa stress dapat dipicu oleh peristiwa hidup yang penting yang terjadi setiap hari. Ujian Nasional tentu menjadi peristiwa penting untuk  pelajar tingkat ahir dalam semua jenjang pendidikan. Tekanan oleh rasa takut dan khawatir  membuat seorang FW menjadi stress,  namun FW tidak mampu mengendalikannya sehingga menimbulkan dampak negatif yang membuatnya mengambil keputusan untuk mengahiri hidup.
Di Indonesia, dari 31 kasus bunuh diri yang terjadi tahun 2012, permasalahan yang menyebabkan perilaku bunuh diri adalah 13 orang putus cinta, 7 orang karena permasalahan ekonomi, 8 orang karena ketidakharmonisan keluarga dan masalah akademis 3 kasus (NN, 2012). Sebagian besar pengguna narkoba dan alkohol adalah remaja yang terbagi dalam golongan umur.
Dari data survey, pengguna alkohol remaja mulai dari usia 14-16 tahun (47,7%) , 17-20 tahun (51,1%), dan 21-24 tahun (31%). Sedangkan data dinas penelitian dan pengembangan (DISLITBANG) POLRI, menemukan pelajar SMP, SMA dan mahasiswa menduduki jumlah tertinggi penggunaan narkoba dan minuman keras. Yaitu sebanyak 70% pengguna. WHO sendiri mencatat tahun 2002, 91 juta penduduk dunia menggunakan alkohol. Dan 41% diantaranya adalah remaja. WHO juga mengeluarkan data bahwa kematian akibat alkohol tahun 2009 sebanyak 775 ribu jiwa. Dengan kasus terbanyak dialami oleh remaja dibawah 25 tahun. (http://www.kawankumagz.com/read/fakta-jumlah-remaja-pecandu-alkohol)
Dalam psikologi, stress dimaknai sebagai sebuah bentuk tekanan atau tuntutan yang dialami oleh seorang individu agar beradaptasi. Dalam coping stress, setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda. Tanggapan tersebut tidak hanya berdasarkan faktor fisiologis saja, tapi juga faktor psikologis yaitu kepribadian. (Polinggapo,2013) Tipe kepribadian introversi-ekstraversi  merupakan salah satu tipe kepribadian manusia yang dikemukaan oleh Jung.
Sikap introversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri  pada dunia dan privat dimana realita hadir dalam dalam bentuk hasil amatan, cenderung, menyendiri, pendiam atau tidak ramah bahkan anti social. Sedangkan sikap ekstraversi mengarah pada pengalaman objektif, memusatkan perhatian kedua luar alih-alih berfikir mengenai persepsinya, cenderung  berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya, aktif dan ramah (Alwisol,2009)
            Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marina (2000) pada kelompok penyalahgunaan heroin. Bahwa remaja yang masuk dalam tipe kepribadian ekstrovet lebih banyak yang menjadi pengguna, adapun subfaktor ekstrovert yang dominan padanya meliputi implusife, tantangan dan kurang bertanggung jawab. Sedangkan untuk yang  tipe kepribadian introvert  pada remaja yang bukan penyalahgunaan heroin, subfaktor introvert yang dominan  adalah terkontrol, hati-hati dan bertanggung jawab. Penelitian ini menunjukkan bahwa 71% dari remaja penyalahgunaan heroin, ekstrovert menujukkan sikap suka bersosialisasi dan ekspresif. Sedangkan 56% remaja bukan penyalahgunaan heroin menunjukkan sikap kurang bisa bersosialisasi dan berekspresif.
            Penelitian lain yang dilakukan oleh Farida, 2007 tentang hubungan ekstrovert-introvert dengan agresi menunjukkan adanya signifikasi antara tipe kepribadian introvert dengan perilaku agresif. Suyanto dan Wahyuningsih melakukan penelitian untuk mencari perbedaan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dalam mengelola konflik.
Dari hasil pengujian yang dilakukan oleh keduanya didapat kesimpulan bahwa tipe kepribadian dapat menimbulkan dampak negatif pada diri seseorang yang dalam hal ini adalah agresi dan tipe kepribadian juga mempengaruhi pengeloaan konflik. Stress bisa saja menimbulkan agresi pada diri seseorang dan stress juga berkaitan dengan bagaimana seseorang mengolah konflik dalam dirinya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil juudul dalam penelitian ini  “Hubungan tipe kepribadian intoversi-ekstraversi dengan tingkat stress pada remaja”
1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagiamana tipe kepribadian yang  dimiliki oleh remaja?
2.      Bagaimana tingkat stress pada remaja?
3.      Apakah ada hubungan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert terhadap tingkat stress pada remaja?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.      Tipe kepribadian pada remaja
2.      Tingkat stress pada remaja
3.      Hubungan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert terhadap tingkat stress pada remaja pada remaja
1.4 Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoristis
a.       Memberikan sumbangan wawasan pengetahuan bagi disiplin ilmu psikologi social dan perkembangan
b.      Dengan mengadakan penelitian ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman yang jelas mengenai pengaruh atau “Hubungan antara Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert dengan Tingkat stress pada Remaja”
2.      Manfaat Praktis
a.       Diharapkan dapat menambah wawasan bagi semua pihak mengenai teori-teori dalam psikologi terutama tentang tingkat stress ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian
b.      Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi remaja tentang tipe kepribadian mereka dan kerentanan mereka akan stress. Setelah mengetahui hal tersebut, diharapkan pula dapat membantu para remaja tersebut untuk bisa mencegah mencegah atau menengelola stress yang terjadi pada mereka tidak membawa mereka ke hal-hal yang nefatif
           
1.5 Originalitas Ide
Yang menjadi signifikansi penelitian ini adalah mengetahui Hubungan antara Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert dengan Tingkat Stress pada Remaja. Sedangkan keunikan penelitian ini adalah topik yang diangkat, karena dalam menghadapi suatu masalah setiap orang berbeda cara menghadapinya.
Dan jika penelitian lain banyak mengungkap tentang hubungan stress dengan akibat yang ditimbulkan dari stress atau penyebab stress yang biasanya terdiri masalah-masalah yang nampak (diluar dirinya), tapi dalam penelitian ini akan mencoba mengungkap tentang penyebab stress yang bersala dari dalam diri seseorang tersebut yaitu kepribadian.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1      Perspektif Teoristis
2.1.2                    Stress
a.      Pengertian stress
                    Secara umum, yang dimaksud stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi dan lain-lain (Sunaryo, 2004)
b.      Penggolongan stress
                    Dalam bukunya, Sunaryo menjelaskan penggolongan stress jika ditinjau dari penyebabnya, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut :
a.          Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu terang atau tersengat arus listrik
b.         Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-asam kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone atau gas
c.          Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit
d.         Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistematik hingga menimbulkan fungsi tubuh yang tidak normal
e.          Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua
f.          Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguann hubungan interpersonal, social, budaya, atau keagamaan
Adapun menurut Brench Grand (dalam Sunaryo, 2002) stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a.       Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan
b.      Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban kerja, masalah apa yang dihadapi dan antri
c.       Faktor penyebab stress
a.       Faktor bologis– Herediter , konstitusi tubuh, kondisi fisik, neuofisik, dan neurohormonal
b.      Faktor psikoedukatif/sosio cultural – perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lain yang mempengaruh
d.Kempuan individu dalam menahan stress
                    Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stress. Hal tersebut bergantung pada :
a.    Sifat dan hakikat stress, yaitu intensitas, lamanya, local, dan umum
b.   Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi
2.2.3 Tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert
            Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan pikiran, perasaan dan tingkah laku, kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan social maupun fisik (Alwisol, 2009). Jung berpendapat bahwa psyche merupakan totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi, jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu alam sadar (kesadaran) dan alam tak sadar (ketidaksadaran) (Suryabrata, 2008). Sedangak Eysenck berpendapat bahwa kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari dari organism sebagimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan (Alwisol, 2009)
Sikap introversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri  pada dunia  dan privat dimana realita hadir dalam dalam bentuk hasil amatan, cenderung, menyendiri, pendiam atau tidak ramah bahkan anti social. Sedangkan sikap ekstraversi mengarah pada pengalaman objektif, memusatkan perhatian kedua luar alih-alih berfikir mengenai persepsinya, cenderung  berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya, aktif dan ramah. Kedua sikap yang berlawanan ini ada dalam kepribadian, tapi biasanya salah satunya ada yang dominan sedangkan yang lainnya kurang dominan dan tak sadar. Kalau tipe sadarnya fikiran ekstravert tipe sadarnya  persaan introvert, kalau tipe sadarnya ekstraversi-penginderaan, maka tipe taksadarnya introversi-intituisi, atau sebaliknya (Alwisol, 2009)
Istilah ekstraversi dan introversi dipakai pertama kali oleh Jung.  Kemudian Eysenck memberikan konsep baru mengenai dua tipe tipe kepribadian ini. Konsep Eysenck mengenai ekstraversi-introversi lebih mengarah kepada pemakaian istilah tersebut secara popular. Eksptraversi mempunyai  9 sifat sebagaimana ditunjukkan oleh trait-trait dibawahnya, dan introversi adalah kebalikan dari trait ekstraversi, yakni : tidak social, pendiam, pasif, ragu, banyak pikiran, sedih, penurut, pesimis penakut (Alwisol, 2009)
Eysenck (Awisol, 2004)  yakin bahwa perbedaan utama antara ekstraversi dengan introversi adalah tingkat keterasangan konsteks (CAL = Cortical Arousal Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan . Cal adalah gambaran bagaimana korteks mereaksi stimulasi indrawi.  CAL tingkat rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya, CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi. Orang yang Ekstrvers CAL-nya rendah, sehingga dia membutuhnya banyak rangsangan indrawi untuk mengaktifkan korteksnya. Sebaliknya, introvert CAL-nya tinggi, dia hanya membutuhkan rangsangan sedikit untuk mengaktifkan korteksnya. Jadilah orang yang introvers menarik diri, menghindar dari riuh rendah situasi disekilingnya yang dapat membuatnya kelebihan rangsangan.
Berdasarkan penjelasan kedua ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa ekstrovert dan introvert merupakan dua sikap yangmasing-masing memiliki keunikan, termasuk keunikan mereka juka berhadapan dengan masalah. Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan  definisi Eysenck bahwa kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari dari organism sebagimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan.
Aspek-Aspek Tipe Kepribadian Ektrovert dan Introvert
Menurut Eysenck (Eysenck dan Wison dalam Suyatno dan Wahyuningsih, 2005) terdapat indikator yang menyebabkan adanya perbedaan tipe kepribadian ekstrovert-introvert. Indikator-indikator tersebut antara lain :
a.       Aktifitas (Activity)
b.      Kemampuan bergaul (socialbility)
c.       Penurutann dorongan hati (impulsiveness)
d.      Pernyataan perasaan (ekspresiveness)
e.       Pengambila resiko (riks taking)
f.       Kedalaman berfikir (reflektiveness)
g.      Tanggung jawab (responbility)
Dan ketujuh aspek diatas dijadikan peneliti sebagai tolak ukur dalam pengkuran kepribadian ekstrover-introvert
2.1.3        Hubungan antara tipe kepribadian Introvert-Ekstrovert dengan Tingkat Stress pada Remaja
                       Tipe kepribadian ekstrovert dan introvert merupakan dua tipe kepribadian yang masing-masing memiliki keunikan. Tipe introvert cenderung, menyendiri, pendiam atau tidak ramah bahkan anti social. Sedangkan tipe ekstrovert cenderung  berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya, aktif dan ramah. Dari dua kecenderungan tersebut tentu masing-masing tipe akan memiliki cara masing-masing untuk menghadapi suatu masalah.  Stress bisa timbul apabila seorang individu tidak mampu menghadapi masalah atau tekanan yang dialami oleh dirinya. Jadi, peneliti berkesimpulan jika tipe kepribadian ekstrovert dan introvert  memiliki hubungan dengan tingkat stress pada remaja



Kerangka konseptual
                 Keterangan :
                   = Variabel yang diteliti
                    = Variabel yang tidak diteliti
Text Box: Introvert
 













                                                                                                                                  




2.3 Hipotesis
            Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis :
“Ada hubungan positif yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert-introvert dengan tingkat stress pada remaja”




















DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.2009.Psikologi Kepribadian.Malang:UMM Press.
Suryabrata, Sumadi.2008.Psikologi Kepribadian.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Sunaryo.2002.Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.
Farida, Umi.2007.Skripsi : Hubungan antara Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dengan Perilaku Agresi pada Remaja.Malang:Universitas Negeri Malang.
Marina.2000.Hubungan Tipe Kepribadian Introvert-Ekstrovert Dengan Tingkahlaku Penyakahgunaan Heroin Pada Remaja.Jurnal Psikologi Universitas Padjajaran, Vol.5 no. 1
Polinggapo, Sri W.2013.Penelitian Perbedaan Tingkat Stress pada Remaja berdasarkan Tipe kepribadian Sheldon.Malang:Universitas Negeri Malang.
Takut tak lulus UN, Seorang Siswi Gantung Diri. Depok Kompas, 2013.  http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/19/10053313/Takut.Tak.Lulus.UN.Seorang.Siswi.Gantung.Diri Yang diakses pada 5 Juli 2014
Suyatno, Nicke & Wahyuningsih, Hepi. 2005.Perbedaan Manajemen Konflik antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dengan Introvert.Yogyakata:Universitas Islam Indonesia.



1 komentar:

Ana Nurul Amanah mengatakan...

Apakah saya boleh meminta data kerangka konseptual?