Contoh
proposal penelitian psikologi
By
: Yanti-chan
“HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN
EKSTROVERT-INTROVERT DENGAN TINGKAT STRESS PADA REMAJA”
1.1.Latar
Belakang Masalah
Setiap individu
pastilah mengalami yang dinamakan dengan fase perkembangan. Salah satu fase
perkembangan yang dialami oleh manusia adalah perubahan dari masa kanak-kanak
ke remaja. Menurut Nasution (dalam
Nabilah, 2013) mengatakan “Stress pada Remaja dapat dipicu oleh tuntutan dari
orangtua dan masyarakat”. Sejatinya, stress dapat memberikan efek positif bagi
yang bisa mengendalikannya, namun terkadang juga dapat menimbulkan efek yang
negatif (Polinggapo, 2013)
FW (17), siswi kelas III
SMP di Depok, memilih mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di rumahnya
pada hari Sabtu 18 Mei 2013. Remaja ini nekat bunuh diri di duga karena
khawatir tidak lulus Ujian Nasional atau UN. Kakak FW mengatakan jika adiknya
itu sangat giat belajar karena takut tidak lulus ujian negara tersebut. Namun,
tiga hari sebelum acara perpisahan di sekolahnya, FW berubah sikap dari
seseorang yang periang dan mudah bergaul menjadi pendiam (Depok kompas, 2013) .
Menurut Brantley (dalam maruis 2002) mengatakan bahwa stress dapat dipicu oleh
peristiwa hidup yang penting yang terjadi setiap hari. Ujian Nasional tentu
menjadi peristiwa penting untuk pelajar
tingkat ahir dalam semua jenjang pendidikan. Tekanan oleh rasa takut dan
khawatir membuat seorang FW menjadi
stress, namun FW tidak mampu
mengendalikannya sehingga menimbulkan dampak negatif yang membuatnya mengambil
keputusan untuk mengahiri hidup.
Di Indonesia, dari 31 kasus bunuh
diri yang terjadi tahun 2012, permasalahan yang menyebabkan perilaku bunuh diri
adalah 13 orang putus cinta, 7 orang karena permasalahan ekonomi, 8 orang
karena ketidakharmonisan keluarga dan masalah akademis 3 kasus (NN, 2012) . Sebagian besar
pengguna narkoba dan alkohol adalah remaja yang terbagi dalam golongan umur.
Dari data survey, pengguna alkohol
remaja mulai dari usia 14-16 tahun (47,7%) , 17-20 tahun (51,1%), dan 21-24
tahun (31%). Sedangkan data dinas penelitian dan
pengembangan (DISLITBANG) POLRI, menemukan
pelajar SMP, SMA dan mahasiswa menduduki jumlah tertinggi penggunaan narkoba
dan minuman keras. Yaitu sebanyak 70% pengguna. WHO sendiri mencatat tahun 2002, 91 juta
penduduk dunia menggunakan alkohol. Dan 41% diantaranya adalah remaja. WHO juga
mengeluarkan data bahwa kematian akibat alkohol tahun 2009 sebanyak 775 ribu
jiwa. Dengan kasus terbanyak dialami oleh remaja dibawah 25 tahun. (http://www.kawankumagz.com/read/fakta-jumlah-remaja-pecandu-alkohol)
Dalam
psikologi, stress dimaknai sebagai sebuah bentuk tekanan atau tuntutan yang
dialami oleh seorang individu agar beradaptasi. Dalam coping stress, setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda.
Tanggapan tersebut tidak hanya berdasarkan faktor fisiologis saja, tapi juga faktor
psikologis yaitu kepribadian. (Polinggapo,2013) Tipe kepribadian
introversi-ekstraversi merupakan salah
satu tipe kepribadian manusia yang dikemukaan oleh Jung.
Sikap
introversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunia dan privat dimana realita hadir
dalam dalam bentuk hasil amatan, cenderung, menyendiri, pendiam atau tidak
ramah bahkan anti social. Sedangkan sikap ekstraversi mengarah pada pengalaman
objektif, memusatkan perhatian kedua luar alih-alih berfikir mengenai
persepsinya, cenderung berinteraksi
dengan orang-orang disekelilingnya, aktif dan ramah (Alwisol,2009)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marina (2000)
pada kelompok penyalahgunaan heroin. Bahwa remaja yang masuk dalam tipe
kepribadian ekstrovet lebih banyak yang menjadi pengguna, adapun subfaktor
ekstrovert yang dominan padanya meliputi implusife, tantangan dan kurang
bertanggung jawab. Sedangkan untuk yang
tipe kepribadian introvert pada
remaja yang bukan penyalahgunaan heroin, subfaktor introvert yang dominan adalah terkontrol, hati-hati dan bertanggung
jawab. Penelitian ini menunjukkan bahwa 71% dari remaja penyalahgunaan heroin,
ekstrovert menujukkan sikap suka bersosialisasi dan ekspresif. Sedangkan 56%
remaja bukan penyalahgunaan heroin menunjukkan sikap kurang bisa bersosialisasi
dan berekspresif.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Farida, 2007 tentang
hubungan ekstrovert-introvert dengan agresi menunjukkan adanya signifikasi
antara tipe kepribadian introvert dengan perilaku agresif. Suyanto dan
Wahyuningsih melakukan penelitian untuk mencari perbedaan antara tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert dalam mengelola konflik.
Dari
hasil pengujian yang dilakukan oleh keduanya didapat kesimpulan bahwa tipe
kepribadian dapat menimbulkan dampak negatif pada diri seseorang yang dalam hal
ini adalah agresi dan tipe kepribadian juga mempengaruhi pengeloaan konflik.
Stress bisa saja menimbulkan agresi pada diri seseorang dan stress juga
berkaitan dengan bagaimana seseorang mengolah konflik dalam dirinya. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk mengambil juudul dalam penelitian ini “Hubungan tipe kepribadian
intoversi-ekstraversi dengan tingkat stress pada remaja”
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagiamana
tipe kepribadian yang dimiliki oleh
remaja?
2. Bagaimana
tingkat stress pada remaja?
3. Apakah
ada hubungan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert terhadap tingkat stress
pada remaja?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Tipe
kepribadian pada remaja
2. Tingkat
stress pada remaja
3. Hubungan
tipe kepribadian ekstrovert dan introvert terhadap tingkat stress pada remaja
pada remaja
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat
Teoristis
a. Memberikan
sumbangan wawasan pengetahuan bagi disiplin ilmu psikologi social dan
perkembangan
b. Dengan
mengadakan penelitian ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman yang jelas
mengenai pengaruh atau “Hubungan antara Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert
dengan Tingkat stress pada Remaja”
2.
Manfaat
Praktis
a. Diharapkan
dapat menambah wawasan bagi semua pihak mengenai teori-teori dalam psikologi
terutama tentang tingkat stress ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian
b. Dengan
penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi remaja tentang tipe
kepribadian mereka dan kerentanan mereka akan stress. Setelah mengetahui hal
tersebut, diharapkan pula dapat membantu para remaja tersebut untuk bisa
mencegah mencegah atau menengelola stress yang terjadi pada mereka tidak
membawa mereka ke hal-hal yang nefatif
1.5
Originalitas Ide
Yang
menjadi signifikansi penelitian ini adalah mengetahui Hubungan antara Tipe
Kepribadian Ekstrovert-Introvert dengan Tingkat Stress pada Remaja. Sedangkan
keunikan penelitian ini adalah topik yang diangkat, karena dalam menghadapi
suatu masalah setiap orang berbeda cara menghadapinya.
Dan
jika penelitian lain banyak mengungkap tentang hubungan stress dengan akibat
yang ditimbulkan dari stress atau penyebab stress yang biasanya terdiri masalah-masalah
yang nampak (diluar dirinya), tapi dalam penelitian ini akan mencoba mengungkap
tentang penyebab stress yang bersala dari dalam diri seseorang tersebut yaitu
kepribadian.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Perspektif
Teoristis
2.1.2
Stress
a.
Pengertian
stress
Secara
umum, yang dimaksud stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi dan lain-lain (Sunaryo, 2004)
b.
Penggolongan
stress
Dalam
bukunya, Sunaryo menjelaskan penggolongan stress jika ditinjau dari
penyebabnya, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat digolongkan
sebagai berikut :
a.
Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau
temperature yang terlalu terang atau tersengat arus listrik
b.
Stress kimiawi, disebabkan oleh
asam-asam kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone atau gas
c.
Stress mikrobiologik, disebabkan oleh
virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit
d.
Stress fisiologik, disebabkan oleh
gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistematik hingga menimbulkan
fungsi tubuh yang tidak normal
e.
Stress proses pertumbuhan dan
perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa
bayi hingga tua
f.
Stres psikis/emosional, disebabkan oleh
gangguann hubungan interpersonal, social, budaya, atau keagamaan
Adapun menurut
Brench Grand (dalam Sunaryo, 2002) stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Penyebab
makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan
b. Penyebab
mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah
tangga, beban kerja, masalah apa yang dihadapi dan antri
c.
Faktor
penyebab stress
a. Faktor
bologis– Herediter , konstitusi tubuh, kondisi fisik, neuofisik, dan
neurohormonal
b. Faktor
psikoedukatif/sosio cultural – perkembangan kepribadian, pengalaman, dan
kondisi lain yang mempengaruh
d.Kempuan individu dalam menahan
stress
Setiap individu mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stress. Hal tersebut bergantung pada
:
a. Sifat
dan hakikat stress, yaitu intensitas, lamanya, local, dan umum
b. Sifat
individu yang terkait dengan proses adaptasi
2.2.3 Tipe kepribadian Ekstrovert
dan Introvert
Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan
pikiran, perasaan dan tingkah laku, kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian
membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan social maupun fisik
(Alwisol, 2009). Jung berpendapat bahwa psyche merupakan totalitas segala
peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi, jiwa
manusia terdiri dari dua alam, yaitu alam sadar (kesadaran) dan alam tak sadar (ketidaksadaran)
(Suryabrata, 2008). Sedangak Eysenck berpendapat bahwa kepribadian adalah keseluruhan
pola tingkah laku aktual maupun potensial dari dari organism sebagimana
ditentukan oleh keturunan dan lingkungan (Alwisol, 2009)
Sikap
introversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunia
dan privat dimana realita hadir dalam dalam bentuk hasil amatan,
cenderung, menyendiri, pendiam atau tidak ramah bahkan anti social. Sedangkan
sikap ekstraversi mengarah pada pengalaman objektif, memusatkan perhatian kedua
luar alih-alih berfikir mengenai persepsinya, cenderung berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya,
aktif dan ramah. Kedua sikap yang berlawanan ini ada dalam kepribadian, tapi
biasanya salah satunya ada yang dominan sedangkan yang lainnya kurang dominan
dan tak sadar. Kalau tipe sadarnya fikiran ekstravert tipe sadarnya persaan introvert, kalau tipe sadarnya
ekstraversi-penginderaan, maka tipe taksadarnya introversi-intituisi, atau
sebaliknya (Alwisol, 2009)
Istilah
ekstraversi dan introversi dipakai pertama kali oleh Jung. Kemudian Eysenck memberikan konsep baru
mengenai dua tipe tipe kepribadian ini. Konsep Eysenck mengenai
ekstraversi-introversi lebih mengarah kepada pemakaian istilah tersebut secara
popular. Eksptraversi mempunyai 9 sifat sebagaimana
ditunjukkan oleh trait-trait dibawahnya, dan introversi adalah kebalikan dari
trait ekstraversi, yakni : tidak social, pendiam, pasif, ragu, banyak pikiran,
sedih, penurut, pesimis penakut (Alwisol, 2009)
Eysenck
(Awisol, 2004) yakin bahwa perbedaan
utama antara ekstraversi dengan introversi adalah tingkat keterasangan konsteks
(CAL = Cortical Arousal Level),
kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan . Cal adalah gambaran
bagaimana korteks mereaksi stimulasi indrawi.
CAL tingkat rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya,
CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi. Orang yang Ekstrvers
CAL-nya rendah, sehingga dia membutuhnya banyak rangsangan indrawi untuk
mengaktifkan korteksnya. Sebaliknya, introvert CAL-nya tinggi, dia hanya
membutuhkan rangsangan sedikit untuk mengaktifkan korteksnya. Jadilah orang
yang introvers menarik diri, menghindar dari riuh rendah situasi disekilingnya
yang dapat membuatnya kelebihan rangsangan.
Berdasarkan
penjelasan kedua ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa ekstrovert dan introvert
merupakan dua sikap yangmasing-masing memiliki keunikan, termasuk keunikan
mereka juka berhadapan dengan masalah. Dan dalam penelitian ini penulis
menggunakan definisi Eysenck bahwa
kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari
dari organism sebagimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan.
Aspek-Aspek Tipe Kepribadian
Ektrovert dan Introvert
Menurut
Eysenck (Eysenck dan Wison dalam Suyatno dan Wahyuningsih, 2005) terdapat indikator
yang menyebabkan adanya perbedaan tipe kepribadian ekstrovert-introvert.
Indikator-indikator tersebut antara lain :
a. Aktifitas
(Activity)
b.
Kemampuan bergaul (socialbility)
c. Penurutann
dorongan hati (impulsiveness)
d. Pernyataan
perasaan (ekspresiveness)
e. Pengambila
resiko (riks taking)
f. Kedalaman
berfikir (reflektiveness)
g.
Tanggung jawab (responbility)
Dan
ketujuh aspek diatas dijadikan peneliti sebagai tolak ukur dalam pengkuran
kepribadian ekstrover-introvert
2.1.3
Hubungan
antara tipe kepribadian Introvert-Ekstrovert dengan Tingkat Stress pada Remaja
Tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert merupakan dua tipe kepribadian yang masing-masing memiliki keunikan.
Tipe introvert cenderung, menyendiri, pendiam atau tidak ramah bahkan anti
social. Sedangkan tipe ekstrovert cenderung
berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya, aktif dan ramah. Dari
dua kecenderungan tersebut tentu masing-masing tipe akan memiliki cara
masing-masing untuk menghadapi suatu masalah.
Stress bisa timbul apabila seorang individu tidak mampu menghadapi
masalah atau tekanan yang dialami oleh dirinya. Jadi, peneliti berkesimpulan
jika tipe kepribadian ekstrovert dan introvert
memiliki hubungan dengan tingkat stress pada remaja
Kerangka
konseptual
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
2.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan
tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini diajukan
hipotesis :
“Ada hubungan positif yang signifikan
antara tipe kepribadian ekstrovert-introvert dengan tingkat stress pada remaja”
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.2009.Psikologi Kepribadian.Malang:UMM Press.
Suryabrata,
Sumadi.2008.Psikologi Kepribadian.Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada.
Sunaryo.2002.Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran.
Farida, Umi.2007.Skripsi : Hubungan antara Kepribadian
Ekstrovert dan Introvert dengan Perilaku Agresi pada Remaja.Malang:Universitas
Negeri Malang.
Marina.2000.Hubungan Tipe Kepribadian Introvert-Ekstrovert Dengan
Tingkahlaku Penyakahgunaan Heroin Pada Remaja.Jurnal Psikologi Universitas
Padjajaran, Vol.5 no. 1
Polinggapo, Sri W.2013.Penelitian Perbedaan Tingkat Stress pada
Remaja berdasarkan Tipe kepribadian Sheldon.Malang:Universitas Negeri
Malang.
http://www.kawankumagz.com/read/fakta-jumlah-remaja-pecandu-alkohol
Yang diakses pada 5 Juli 2014
Takut
tak lulus UN, Seorang Siswi Gantung Diri. Depok Kompas,
2013. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/19/10053313/Takut.Tak.Lulus.UN.Seorang.Siswi.Gantung.Diri
Yang diakses pada 5 Juli 2014
Suyatno, Nicke &
Wahyuningsih, Hepi. 2005.Perbedaan
Manajemen Konflik antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dengan Introvert.Yogyakata:Universitas
Islam Indonesia.
1 komentar:
Apakah saya boleh meminta data kerangka konseptual?
Posting Komentar