TUGAS
PSIKOLOGI ABNORMAL
ANALISIS
KASUS INDIVIDUAL
“FOBIA”
Fobia
merupakan salah satu gangguan kecemasan (anxiety
disorder) yang terdapat dalam DSM IV-TR. Orang yang mengalami fobia akan
cenderung mengalami ketakutan dan penolakan terhadap objek atau situasi yang
tidak mengandung bahaya yang sesungguhnya (Psikologi Abnormal, 183). DSM IV-TR
membagi fobia ke dalam dua jenis, yaitu fobia spesifik dan fobia sosial.
Kriteria
fobia menurut DSM
IV-TR :
- Mengalami ketakutan yang berlebihan, tidak
beralasan, dan menetap yang dipicu oleh objek atau situasi.
- Keterpaparan
dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens
- Orang
yang mengalami fobia menyadari bahwa ketakutannya tidak realistis
- Orang tersebut menghindari suatu objek atau
situasi tertentu, atau mungkin dapat dihadapi namun dengan kecemasan yang
intens
ANALISIS KASUS
1.
Gambaran Kasus
Profil singkat subyek :
Nama : X
Jenis
kelamin :
Perempuan
Usia : 22 tahun
Gangguan
abnormalitas : Fobia
Tadalah perempuan
berusia 22 tahun dan memiliki ketakutan berlebihan terhadap semua jenis kucing,
sekali pun menurut orang lain kucing tersebut lucu. Ketika kucing itu mulai mendekatinya,
secara perlahan ia akan merasa cemas dan mulai kesulitan untuk bernafas. Semakin
kucing tersebut mendekat, ia akan jadi panik kemudian berlari menjauhi kucing
tersebut. Dan ketika kucing tersebut mendekatinya diam-diam dan bergelayut
padanya, ia akan langsung berteriak dan berlari sejauh mungkin. Kemudian
jantungnya akan berdebar kencang, gemetar dan berkeringat dingin. Oleh karena
itu ia berusaha untuk sejauh mungkin dari kucing, bahkan ia mengatakan jika
tidak akan pernah mau bersentuhan dengan kucing sekalipun itu dibayar
mahal.
2. Etiologi
Ketakuatan Tterhadap kucing berlangsung sejak kecil,
dirinya sendiri tidak tahu kapan pastinya ia takut terhadap kucing. Yang pasti
ibunya Tjuga mengalami fobia dan selalu berusaha utuk menghindari kucing. Suatu
hari Tjuga pernah melihat pamannya dicakar kucing pada bagian wajah dan
menimbulkan luka, yang semakin membuat Tmerasa takut sekaligus benci terhadap
kucing.
Etiologi
yang dijelaskan oleh Tsesuai
dengan etiologi fobia berdasarkan teori
modeling dan behavioral. Menurut teori modeling, bahwa ketakutan juga dapat dipelajari dengan
meniru reaksi orang lain. Dalam membentuk perilakunya, seorang anak akan lebih
cenderung untuk meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Termasuk Tyas, yang
tanpa disadarinya saat kecil sebenarnya ia meniru bagaimana ibunya merespon
akan keberadaan kucing.
Sedangkan menurut teori behavioral yaitu melalui classical conditioning yang mengatakan
bahwa seorang dapat belajar untuk takut pada suatu stimulus netral (CS) jika
stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang secara instrinsik
menyakitkan atau menakutkan (UCS). Dan CS disini adalah kucing, sedangkan UCS-nya
atau kondisi yang menyakitkan adalah kucing mencakar wajah pamannya sehingga
membuat pamannya menjadi kesakitan. Sehinnga membuat Tjadi berpikiran negatif
terhadap kucing.
3. Gejala yang
tampak
Saya mengkategorikan kasus Tsebagai
kasus fobia spesifik, karena ketakutan Tyang berlebihan hanya muncul saat
bertemu obyek tertentu, dalam hal ini adalah kucing. Adanya objek yang menjadi stimulus
fobia tersebut membuat Tketakutan, sehingga seketika
itu juga memicu munculnya beberapa
gejala, antara lain :
·
Panik
·
Merasa cemas
·
Merasa sulit bernapas
·
Jantung berdebar
·
Berkeringat
·
Gemetar
·
Sangat ingin menghindar
dari objek tersebut
4. Diagnosis
multiaksial
Aksis
1 : F40.2 Fobia Khas (terisolasi)
Aksis
2 : Z03.2 Tidak ada diagnosis gangguan kepribadian
Aksis
3 : Tidak ada data
Aksis
4 : Tidak ada data
Aksis
5 : GAF = 75
5. Intervensi
Ketakutan
Tterhadap kucing hingga saat ini
relatif menetap karena persepsinya yang negatif mengenai kucing. Karena itu, ada
beberapa intervensi yang mungkin dapat membantu subyek mengurangi fobia yang
dialaminya.
ü Pendekatan
Behavioral
Berdasarkan pendekatan ini, teknik
modelling dan operant conditioning
dirasa yang cukup sesuai dengan kondisi subyek. Pada teknik modeling, subyek
dapat diperlihatkan cara orang lain menyikapi kucing yang mendekat padanya,
bagaimana sebaiknya memposisikan diri, dan bagaimana memperlakukan kucing agar tidak marah
(mencakar). Sedangkan pada operant conditioning, subyek dapat didorong untuk dapat mendekati
objek nyata yang ditakutinya, dan diberi hadiah meskipun pendekatannya pada
objek tersebut sangat minim.
ü Pendekatan
kognitif
Dengan pendekatan ini, orang-orang di sekitar subjek dapat
membantu subyek (ibunya juga
bila perlu) untuk mengabaikan rasa takutnya dengan
cara menghapuskan keyakinan irasional subyek yang berlebihan tentang kucing.
.
DAFTAR PUSTAKA
Davidson, G.C., Neale J.M., Kring A.M.
(2006). Psikologi Abnormal (edisi ke-9). Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
American Psychiatric Assosiation.
(2000). American Psychiatric Assosiation : Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision.Washington,
DC.
HIMPSI.
(1993). Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III.
2 komentar:
Wahh.. tips yang sangat membantu
terimaksih sudah berkunjung...
Posting Komentar