TIPOLOGI MANUSIA BERDASARKAN TEMPRAMEN
Aspek kedua yang
menyusun tipologi manusia adalah tempramen. Ini dinyatakan sebagai konstitusi
psikhis. Hal ini akan dikemukakan oleh beberapa tokoh :
1.Tipologi
Heymas
Hasil karya Heymans merupakan kemajuan satu langkah dalam
lapangan tipologi atas dasar temperamen. Dia tidak lagi seperti ahli-ahli yang
lebih dahulu yang menyusun teorinya yang atas dasar pemikiran spekulatif,
tetapi dia atas dasar data-data penyelidikan empiris. Dengan mempergunakan
data-data yang berasal dari biografi, keterangan tentang keturunan serta
keadaan anak-anak sekolah menengah di Nederland, secara komparatif dengan
mempergunakan tehnik statistik Heymans menarik kesimpulan-kesimpulannya yang
terutama dirumuskan dalam Inleiding tot de speciale psychology(1948).
Data
yang dianalisis oleh Heymans adalah berupa :
a. Bahan
biografis : 110 biografi orang-orang yang berbeda waktu hidupnya, tempat
tinggalnya dan kebangsaannya.
b. Keturunan
mengenai 458 keluarga meliputi 2523 orang.
c. Keterngan
mengenai murid-murid sebesar 3938 orang
d. Hasil
penelitian laboratorium.
Dari hasil penelitian berdasar pada data-data di atas,
Heymans berpendapat bahwa manusia itu sangat berlain-lainan kepribadiaannya,
dan tipe-tipe kepribadian itu bukan main banyak macamnya, boleh dikata tak
terhingga. Artinya tiap orang memiliki kualitas dalam taraf tertentu, dalam
concretonya adanya kualitas-kualitas tersebut tak terhingga variasinya, akan
tetapi dalam abctractonya atau secara teorinya dapat dilakukan dikhotomisasi,
dan secara garis besarnya dapat digolongakan menjadi tiga macam kualitas
kejiwaan seseorang, yaitu :
a. Emosionalitas
Yaitu mudah atau tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh
kesan-kesan. Pada dasarnya semua orang memiliki kecakapan ini, yaitu kecakapan
untuk menghayati sesuatu perasaan karena pengaruh sesuatu kesan, tetapi
kecakapan tersebut dapat berlain-lainan dalam tingkatannya, dan dalam dikhotomi
terdapat :
1). Golongan
yang emosianal, artinya yang emosionalitasnya tinggi, yang sifat-sifatnya
antara lain impulsif, mudah marah, suka tertawa, perhatian tidak mendalam,
tidak praktis, tetap di dalam pendapatnya, ingin berkuasa, dapat dipercaya
dalam soal keuangan.
2). Golongan
yang tidak emosional, yaitu golongan yang emosionalitasnya tumpul atau rendah,
yang sifat-sifatnya antara lain berhati dingin, zakelijk, berhati-hati dalam
menentukan pendapat, praktis, jujur dalam batas-batas hukum, pandai menahan
nafsu birahi dan memberi kebebasan kepada orang lain.
b. Proses pengiring
(skunder)
Yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap
kesadaran setelah kesan-kesan itu sendiri tidak lagi ada dalam kesadaran. Di
sini ada beberapa tingkatan, yang dalam dikhotomi ada dua tingkatan, yaitu :
1). Golongan
yang proses pengiringnya kuat (berfungsi skunder), yang sifat-sifatnya antara
lain tenang tak lekas putus asa, bijaksana (verstanding), suka menolong,
ingatan baik, dalam berfikir bebas, teliti, konsekuen dalam politik moderat
atau konservatif.
2). Golongan
yang proses pengiringnya lemah (berfungsi primer), yang sifat-sifatnya antara
lain tidak tenang, lekas putus asa, ingatan kurang baik, tidak hemat, tidak
teliti, tidak konsekuen, suka membeo, dalam politik radikal (egois).
c. Aktifitas
Adapun yang dimaksud dengan aktifitas di sini ialah banyak
sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaannya dan
pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan. Dalam hal ini oleh Heymans
digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1). Golongan
yang aktif, yaitu golongan yang karena alasan lemah saja telah berbuat,
sifat-sifat golongan ini antara lain suka bergerak, sibuk, riang gembira,
dengan kuat menentang penghalang, mudah mengerti, praktis loba akan uang,
pandangan luas dan setelah bertengkar lekas mau berdamai.
2). Golongan
yang tidak aktif, yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat
belum juga mau bertindak, sifat-sifat golongan ini antara lain lekas mengalah,
lekas putus asa, segala soal dipandang berat, perhatian tak mendalam, tidak praktis,
suka membeo, nafsu birahi kerap kali menggelora, boros dan segan membuka
diri.
Darii ketiga fungsi tersebut,
dibedakan atas yang kuat dengan tanda (+) dan yang lemah dengan tanda (-).
Dengan demikian, Heynas menggunakan enam prinsip pokok dalam penyelidikan yang
diadakan, maka didapatkanlah tanda tersebut :
a.
Orang yang Emosionalnya kuat
memiliki ciri-ciri :
-
Lekas memihak
-
Fantasinya kuat
-
Tulisan dan bicaranya aneh
-
Kurang mencintai kebenaran
-
Mudah marah
-
Senang sensasi, dsb
b.
Orang yang aktifitasnya kuat,
ciri-cirinya:
-
Suka bekerja
-
Mudah bertindak
-
Berhoby banyak
-
‘Mudah mengatasi kesulitan
-
Tidak mudah putus asa
c.
Orang yang berfungsi skunder,
ciri-cirinya :
-
Betah di rumah
-
Taat kepada adat
-
Setia dalam persahabatan
-
Besar rasa terima kasihnya
-
Suka menyesuaikan diri
-
Konsekuwen
Dengan
enam unsur tersebut, Heynas menemukan delapan tipe :
1.
Nerves, ciri-ciri :
-
Emosionalnya kuat
-
Berfungsi primer (mudah melupakan
kesan)
-
Tidak aktif
2.
Choleris, ciri-ciri :
-
Emosionalnya kuat
-
Berfungsi primer
-
Aktif
3.
Gepasioner (Orang Hebat), berciri :
-
Emosionalnya kuat
-
Berfungsi skunder (tidak mudah
melupakan kesan)
-
Aktif
4.
Sentimentil, berciri :
-
Emosionalnya kuat
-
Berfungsi skunder
-
Tidak aktif
5.
Amorph, berciri :
-
Emosioalnya lemah
-
Berfungsi primer
-
Tidak aktif
6.
Saunginis
-
Emosinya lemah
-
Berfungsi primer
-
Aktif
7.
Flegmatis, cirinya :
-
Emosionalnya lemah
-
Berfungsi skunder
-
Aktif
8.
Apatis, cirinya :
-
Emosionalnya lemah
-
Berfungsi skunder
-
Tidak aktif
Dalam
memberikan nama-nama diatas, nampak jika Heymans terpengaruhi oleh Hypocrates-Galenus
(Yang sebenarnya berada dalam tapal tipologi phisis dan psikhis
2.Tipologi Ewald
G. Ewald memepunyai titik berangkat dan sudut pandangan yang
berbeda dari ahli-ahli yang telah dibicarakan sebelumnya. Dia berangkat dari
sudut pandangan psikiatrik, karya utamanya dalam bidang teori kepribadian
dalam Temperamen und Character (1924). Di dalam tnjauannya
yang beisfat psikiatrik itu Ewald membuat perbedaan secara tajam antara
temperamen dan watak. Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan berikut ini :
a. Temperamen
Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan
konstitusi jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar memainkan peranan
penting, sedang pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada.
Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya
dengan biotonus (tegangan hidup, kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu
intensitas serat irama hidup. Biotonus ini ada selama hidup dan adanya pada
diri seseorang constant, terutama tergantung kepada konstelasi hormon-hormon.
Biotonus ini tergantung faktor kejiwaan yang merupakan
temperamen, yaitu :
1). Intensitas
dan tempo hidup
2). Perasaan-perasaan
vital yang menyertainya (suasana perasaan individu)
Selanjutnya Ewald membedakan adanya tiga macam temperamen,
yang perbedaanya terutama bersifat kuantitatif, berdasarkan atas kuat atau
lemahnya biotonus itu, yaitu :
1). Temperamen
sanguinis atau hipomanis, dengan biotonus kuat
2). Temperamen
melancholis atau depresif, dengan biotonus lemah
3). Temperamen
biasa atau normal, dengan biotonus sedang
b. Watak
(character)
Ewald memberi batasan watak sebagai totalitas dari
keadaan-keadaan dan cara bereaksi jiwa terhadap perangsang. Secara teoritis dia
membedakan antara : watak yang dibawa sejak lahir dan watak yang diperoleh,
dengan keterangan berikut :
1). Watak
yang dibawa sejak lahir
Watak yang dibawa sejak lahir (angeborener Charakter,
watak genotipis), yaitu aspek yang merupakan dasar dari pada watak, watak
genotipis ini sangat erat hubungannya dengan keadaan fisiologis, yakni watak
kualitas susunan saraf pusat.
2). Watak
yang diperoleh
Watak yang diperoleh (erworbener Character,
watak phaenoripis), yakni watak yang telah dipengaruhi oleh lingkungan,
pengalaman dan pendidikan.
Sebagai kesimpulan atas perbedaan temperamen dan watak
menurut Ewald adalah bahwa temperamen boleh dikata tetap selama hidup, jadi
tidak mengalami perkembangan, karena temperamen tergantung kepada konstelasi
hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup.
Adapun watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami
pertumbuhan atau perkembangan, watak sangat tergantung kepada faktor-faktor
eksogen.
Dengan demikian telah nyata aspek-aspek atau
komponen-komponen apa yang ada pada manusia, namun dalam menyusun tipologinya
Ewald menggunakan prinsip-prinsip lain, yang pada pokoknya didasarkan kepada
"busur refleks" (menurut psikologi lama), yang menyatakan
bahwa tingkah laku itu tersusun atas tiga stadia yaitu :
1.
Penerima rangsang
Banyak sedikitnya orang yang
mempunyai kepekaan menerima rangsang dari luar. Dalam hal ini Ewald masih
membedakan antara kepekaan bagi gejala jiwa yang rendah dan kepekaan bagi
gejala jiwa yang tunggi.
2.
Penyimpanan kesan dan pengolahan
rangsang
Penyimpanan kesan, adanya
bekas-bekas yang ditinggalkan oleh kesan. Bekas itu berpengaruh kepada
perbuatan diwaktu kemudian. Orang yang satu lebih lama dari pada yang lain.
Pengolahan rangsang, dalam hal ini Ewald membedakan pengolahan rangsang oleh
kesadaran dan pengolahan rangsang oleh pengaruh. Ini masih dibedakan lagi atas
cepat dan lambatnya pengaruh rangsang tersebut.
3.
Reaksi daripada rangsang
Kemampuan mengadakan reaksi balik terhadap rangsangan
iniakan nampak dalam perbuatab atau kelakuan seseorang.
3.Tipologi George Kerschensteiner
Ia menyusun tipologinya berdasarkan
4 prinsip :
1.
Kekuatan kemauan
2.
Ketajaman pendapat
3.
Kepekaan yang halus dalam perasaan
4.
Aufwulbarkait(lama dan mendalamnya
getaran jiwa)
4.Tipologi Plato
Dalam bahasan ini Plato membedakan adanya tiga fungsi/bagian
jiwa, yaitu ;
1). Pikiran (logos),
yang berkedudukan di kepala.
2). Kemauan (thumos)
yang berkedudukan di dada.
3). Hasrat (epithumid)
yang berkedudukan diperut.
Kemudian Plato menjelaskan sumber dari pada ketiga fungsi
jiwa tersebut di atas yang mengacu pada kebajikan, di antaranya adalah :
1). Pikiran (logos),
yang bersumber atas kebijaksanaan.
2). Kemauan (thumos)
yang bersumber atas keberanian.
3). Hasrat (epithumid)
yang bersumber atas penguasaan diri.
Keselarasan atas macam kebajikan tersebut akan mewujudkan
kebenaran atau keadilan. Menurut uraian ketiga macam tersebut dapat disimpulkan
bahwa tentu ada tipe manusia tertentu, sebab dari ketiganya tentu tidak sama
kuatnya, sehingga ada orang yang paling kuat kebijaksanaannya, atau
keberaniaannya atau bahkan kuat menahan hawa nafsu (penguasaan diri). Kemudian
atas dasar dominasi salah satu di antara ketiga bagian jiwa itu, maka manusia
digolongkan menjadi tiga tipe yaitu ;
1). Orang
yang terutama dikuasai oleh daya pikirnya.
2). Orang
yang terutama dikuasai oleh kemauannya.
3). Orang
yang terutama dikuasai oleh hasratnya
5.Tipologi Queyrat
Queyrat (1896) menyusun tipologi atas dasar
dominasi daya-daya jiwa, yaitu daya kognitif, daya afektif dan daya konatif.
Berdasarkan atas daya-daya tersebut, mana yang lebih dominan, maka dikemukakan
tipe-tipe sebagai berikut :
a). Salah
satu daya yang dominan, yaitu :
(1). Tipe
meditatif, atau intelektual di mana daya kognitif dominan
(2). Tipe emosional,
di mana daya afektif dominan
(3). Tipe aktif, di
mana daya konatif dominan
b). Dua
daya yang dominan yaitu :
(1). Tipe
meditatif-emosional atau sentimental, dimana daya kognitif dan daya afektif
dominan
(2). Tipe
aktif-emosional atau orang garang, dimana daya konatif dan daya afektif dominan
(3). Tipe
aktif-meditatif atau orang kemauan, dimana daya konatif dan daya kognitif
dominan
c). Ketiga
daya dalam proporsi yang seimbang
(1). Tipe seimbang
(2). Tipe amoroph
(3). Tipe apathis
d). Ketiga
daya itu ada atau berfungsi secara tak teratur
(1). Tipe tak
stabil
(2). Tipe tak teguh
hati
(3). Tipe
kontradiktoris
e). Ada tiga
macam tipe yang tidak sehat
(1). Tipe
hypochondris
(2). Tipe
melancholis
(3). Tipe histeris
Kesembilan tipe yang pertama adalah tipe-tipe orang sehat,
berikutnya tipe orang-orang yang dalam keadaan antara sehat dan tidak sehat,
sedangkan tiga tipe terakhir adalah tipe-tipe orang yang menderita sakit.
TIPOLOGI MANUSIA BERDASARKAN
KEBUDAYAAN
Ada
beberapa tokoh yang didalam teorinya, menggunakan dasar kebudayaan, yaitu:
a.
Riesman
b.
E.Spranger
c.
W. and E Yaensch
A.Tipologi Kebudayaan menurut Riesman
Ia
hanya menggolongkan manusia ini atas tiga golongan, yaitu :
a.
Orang-orang yang pribadinya
ditentukan oleh tradisi
b.
Orang yang membiarkan dirinya
dipimpin oleh rohaninya
c.
Orang yang mebdasarkan dirinya pada
norma-norma yang dikemukakan oleh orang lain kepadanya
Riesman
menganggap dapat memperlihatkan bahwa periode kebudayaan yang lamasaling
menyusul satu sama lain dimana pada pokoknya terdapat orang-orang yang selalu
termasuk diantara ketiganya
B. Tipologi E. Spanger
Menurut
Spanger, kehidupan manusia ini dipengaruhi oleh dua macam kehidupan jiwanya,
yaitu jiwa objektif atau jiwa subjektif.
Jiwa
objektif adalah nilai kebudayaan yang besar sekali pengaruhnya pada jiwa
subjektif. Sedangkan jiwa subjektif adalah jiwa tiap-tiap orang.
Menurut
Spanger, manusia ini dapat dibedakan atas enam nilai kebudauyaan, yaitu:
-
Ekonomi
-
Politik
-
Sosial
-
Ilmu pengetahuan
-
Kesenian, dan
-
Agama
Dianta
keenam itu, nilai kebudayaan yang manakah yang paling besar pengaruhnya
terhadap jiwa subjektif. Dan inilah yang menentukan tipe manusia itu. Jadi
kalau demikian ada 6 tipe manusia, yaitu:
-
Manusia ekonomi
-
Manusia politik
-
Manusia sosial
-
Manusia pengetahuan
-
Manusia kesenian dan
-
Manusia manusia agama
Adapun sifat-sifatnya :
a.
Manusia ekonomi
·
Senang bekerja
·
Senang mengumpulkan harta
·
Agak kikir
·
Bangga pada hartanya
b.
Manusia politik
·
Ingin berkuasa
·
Tidak ingin kaya
·
Berusaha mengusai orang lain
·
Kurang mencintai kebenaran
c.
Manusia sosial
·
Senang berkorban
·
Senang mengabdi pada Tuhan
·
Mencintai masyarakat
·
Pandai bergaul
d.
Manusia pengetahuan
·
Senang membaca
·
Gemar berpikir dan belajar
·
Tidak ingin kaya
·
Ingin serba tahu
e.
Manusia seni
·
Hidup bersahaja
·
Senang menikmati keindahan
·
Gemar mencipta
·
Mudah bergaul dengan siapa saja
f.
Manusia agama
·
Hidupnya hanya untuk Tuhan dan
Ahirat
·
Senag memuja
·
Kurang senang harta
·
Senang menolong orang lain
C. Tipologi W dan E Yaensch
Tipologi
W dan E Yaensch agak berbeda dalam penggolongannya, karena didasarkan pada
unsur geologi dan unsur tubuh.
1.
Unsur geologis
Keadaan tanah tertentu mempengaruhi pula kehidpan seseorang,
lewat air tanah, yang menghidupi penghuni-penghuninya.
2.
Unsur tubuh
Juga
kehidupan seseorang tertentu dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar tubuhnya,
misalnya kelenjar gondok, anak kelenjar dan kelenjar-kelenjar lain.
Dengan hanya mendasarkan kedua
faktor tersebut, W dan E Yaensch juga menggolongkan manusia atas dua tipe pula,
yaitu : Tipe T dan tipe B. T adalah singkatan dari Tetaniode dan B adalah
singkatan dari Basedowide.
Tipe
Tetaniode memiliki ciri-ciri:
·
Muka pucat
·
Selalu bersuasana sedih
·
Mata kecil dan dalam
·
Tanggapannya tak bergerak
·
Pendiam
·
Selalu curiga pada oranglain
·
Segala sesuatunya dipandang berat
Tipe Basedowide, memiliki ciri-ciri :
·
Mukanya terbuka
·
Wajahnya mudah berubah
·
Matanya hidup dan melotot keluar
·
Tanggapannya bergerak
·
Banyak berpendapat
·
Mudah bergaul dengan orang lain
0 komentar:
Posting Komentar