Proses
Adaptasi Santri Mahasiswa Rantau di Perguruan Tinggi Negeri
BAB
I
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi salah satu hal
yang cukup penting untuk menghadapi tuntutan hidup di era sekarang. Pendidikan
di Indonesia dimulai dari PAUD hingga jenjang perguruan tinggi. Untuk memasuki jenjang perguruan tinggi ada 3
cara yang dapat di tempuh, seperti : Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)
atau jalur tes tulis, Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) atau jalur undangan, dan ujian saringan masuk yang
diselenggarakan oleh masing-masing PTN atau biasa disebut ujian mandiri (Chandrataruna & Rahadian, 2013). Selain itu, saat ini juga banyak penawaran
beasiswa bagi lulusan tingkat SLTA untuk dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang perguruan tinggi, baik beasiswa penuh maupun tidak, dan oleh pemerintah
maupun pihak swasta.
Informasi mengenai beasiswa
khususnya di kota besar seperti Jakarta, kini semakin mudah diakses. Penprov
DKI Jakarta terus mengembangkan sistem informasi tentang beasiswa yang dapat
diakses secara online, bahkan siswa sendiri dapat dengan langsung
mendaftar disana (Rio, 2012).
Pada tahun 2011 kementrian agama
menetapkan 320 santri berhak menerima beasiswa PBSB. PBSB adalah beasiswa dari
kemetrian agama yang diperuntukkan untuk para santri agar dapat melajutkan
pendidikan formal keperguruan perguruan tinggi seperti IPB, ITS, UNAIR, UIN
Jakarta dan lain-lain. Para santri cukup antusias mengikuti seleksi beasiswa
ini, yang terlihat dari banyaknya santri yang mendaftar yakni sebanyak 6000
peserta di seluruh Indonesia (Sebanyak 320 Santri Terima Beasiswa PBSB, 2011).
Pada tahun ini saja ada sekitar 3000
santri mahasiswa yang dibiayai oleh kementrian agama. Para santri tersebut
memiliki prestasi yang unggul dan dapat bersaing dengan mahasiswa lainnya di
kampusnya (Tahta Aidilla, 2015). Beasiswa PBSB ini mampu membuktikan dan
mematahkan anggapan lama jika santri hanya pandai di pendidikan yang berbasis
agama saja, tapi jika mereka diberi kesempatan mereka juga dapat berprestasi
dalam sains dan teknologi, yang pada ahirnya nanti dapat membantu pengembangan
pesantren di Indonesia (Dinayanti, 2015)
Fakta-fakta tersebut menunjukkan
bahwa semakin luasnya kesempatan bagi para siswa lulusan tingkat SLTA di
Indonesia untuk dapat melajutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, tak
terkecuali untuk para santri yang selain bersekolah formal juga sambil mondok
di pesantren. Para santri yang diterima beasiswa PBSB di salah satu perguruan
tinggi, tentu tidak semua berasal dari kota dimana perguruan tersebut berada,
namun sebagian dari mereka merupakan mahasiswa rantau.
Dan Subjek penelitian kali ini
adalah santri yang menjadi mahasiwa rantau di perguruan tinggi. Santri sendiri
menurut Clifford
Geertz (dalam Fuad, 2015) adalah orang beragama islam yang taat, tinggal di
pesantren dan dididik oleh seorang kyai. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Effendi (2009) tentang pola hidup santri dan bagaimana mereka berperan terhadap
agama dalam kehidupan social, penelitian tersebut menunjukkan hasil antara
santri dan lingkungan sekitarnya terjadi hubungan timbale balik yang saling
membutuhkan. Sehingga tidak mengherankan jika interaksi antara santri dan warga
sekitar berlangsung dengan baik. Para santri juga ikut dalam kegiatan social
yang dilakukan di lingkungan sekitar serta mereka juga melakukan dakwah di
lingkungan tersebut. Santri-santri tersebut
memegang teguh visi misi pondok pesantren mereka dalam kehidupan
sehari-hari.
Lingkungan pondok pesantren dan
lingkungan kampus, merupakan dua lingkungan yang amat sangat berbeda. Berdasarkan penelitian
Jawahir (tanpa tahun) yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Ketua
Program Studi Terhadap Proses Adaptasi
Santri Mahasiswa” menunjukkan hasil jika proses adaptasi santri mahasiswa
tersebut dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal dengan dosen Kaprodi. Dosen
Kaprodi menanamkan sikap saling percaya dan saling terbuka satu sama lain dalam berkomunikasi sehingga membantu
mahasiswa dalam beradaptasi. Bimbingan dari dosen Kaprodi diperlukan untuk
memberikan rasa percaya diri santri mahasiswa dalam berdaptasi di lingkungan
kampus tanpa mengganggu aktifitas perkuliahan mereka.
Selain
mengalami perbedaan antara lingkungan kampus dan pesantren, para santri
mahasiswa rantau tersebut juga mengalami perbedaan budaya antara kampung halaman
dan tempat perantauan.
Penelitian oleh Winata (2014) berusaha mencari gambaran dan penjelasan
proses adaptasi sosial mahasiswa rantau di lingkungan kampus maupun lingkungan
sosial tempat tinggalnya. Selain itu, untuk menjelaskan tentang prestasi
akademik mahasiswa yang dilihat dari IPK, lama studi dan drop out. Hasil yang didapat adalah mahasiswa rantau menyesuaikan diri dengan terlebih dahulu
bergaul dengan orang sedaerah sebelum nantinya bergaul dengan orang dari daerah
lain. Dan mahasiswa yang tidak mampu beradaptasi cenderung memiliki sifat
pemalu, serta mahasiswa rantau yang mampu mecapai prestasi baik adalah mereka
yang aktif dan komunikatif.
Menghadapi lingkungan dan budaya
baru setiap orang pasti dan harus beradaptasi terhadapnya, terlepas berhasil
tidaknya adaptasi tersebut. Dan banyak faktor yang tentu akan menyertai proses adaptasi yang dilakukan oleh
para santri mahasiswa rantau di perguruan tinggi.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Brisset
dkk, 2010) tentang adaptasi psikologi dan sosial
mahasiswa internasional (dari Vietnam) di Perancis, dengan
membandingkan bagaimana mahasiswa
internasional dan mahasiswa baru asli
Perancis akan beradaptasi di lingkungan universitas di Perancis. Lingkungan
yang baru dan dengan berbagai tingkat intelektual yang berbeda akan menghadirkan sebuah tantangan dan
kesulitan tersendiri. Adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan jika stress psikologi yang
diakibatkan oleh kecemasan dan kedekatan
yang intim relevan dengan proses adptasi yang dilakukan oleh subjek mahasiswa
internasional. Identifikasi kebangsaan juga relevan dengan subjek mahasiswa
internasional. Selain itu hipotesis tentang isu kelekatan lebih signifikan
untuk subjek yang berasal dari Vietnam daripada Perancis
Sedangkan penelitian yang dilakuakn
oleh Jiyeon dan Ciftci (2013) tentang pengaruh
kepribadian dari berbagai kultur, ketegasan, dukungan sosial dan kepercayaan
diri dalam adaptasi kultur sosial murid internasional dari Asia di US,
memberikan hasil Hasil mengindikasikan bahwa tidak ada efek langsung dari
dukungan sosial terhadap kemampuan beradaptasi dengan kultur sosial. Justru
kepribadian seperti kepercayaan diri berperan besar dalam membantu para siswa
untuk beradaptasi.
Berdasarkan
fenomena-fenoma di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana para santri
mahasiswa rantau berdaptasi di perguruan tinggi negeri. Karena yang dihadapi
oleh para santri tersebut adalah lingkungan sekaligus budaya yang baru. Dalam
penelitian juga dikatakan jika berhadapan dengan lingkungan atau budaya yang
baru maka otomatis akan dihadapkan juga dengan tantangan dan kesulitan baru. Di
satu penelitian mengatakan jika faktor eksternal atau dukungan sosial
berpengaruh dalam beradaptasi dengan lingkungan atau budaya yang baru,
sementara penelitian lainnya menunjuukan jika faktor internal atau berasal dari
individu seperti kepribadianlah yang lebih berpengaruh dalam keberhasilan beradaptasi.
Dan di penelitian yang lain mengatakan jika para santri berpegang teguh
terhadap nilai-nilai yang di anut oleh pesantrennya. Jadi menarik untuk
dilakukan penelitian tentang bagaimana seebenarnya gambaran proses adaptasi
para santri mahasiswa rantau di
perguruan tinggi negeri.
1.2 Fokus penulisan
Penulisan ini dilakukan berawal dari
keingintahuan penulis untuk mendapatkan gambaran mengenai proses adaptasi yang
dilakukan oleh santri mahasiswa di Universitas Airlangga, khususnya santri
mahasiswa yang berasal dari luar kota Surabaya
Dengan demikian dipilih fokus
kajian penulisan sebagai berikut:
1.Bagaimanakah
proses adaptasi yang dilakukan oleh santri mahasiswa rantau di Perguruan Tinggi?
2.Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi para santri tersebut dalam beradaptasi?
3.Kesulitan
atau tantangan apa saja yang dihadapi selama proses adaptasi?
1.3 Signifikasi
Penelitian oleh Winata (2014)
berusaha mencari gambaran dan penjelasan proses adaptasi sosial mahasiswa
rantau di lingkungan kampus maupun lingkungan sosial tempat tinggalnya, serta prestasi
akademik mereka. Hasilnya adalah mahasiswa rantau menyesuaikan diri dengan terlebih dahulu
bergaul dengan sedaerah sebelum nantinya bergaul dengan teman daerah lain. Dan
mahasiswa yang tidak mampu beradaptasi cenderung memiliki sifat pemalu,
sementara mahasiswa rantau yang mampu mecapai prestasi baik adalah mereka yang
aktif dan komunikatif.
Keunikan
penelitian ini terletak pada subjeknya. Jika pada penelitian sebelumnya subjeknya adalah mahasiswa rantau secara umum
tanpa memandang latar belakang mahasiswa tersebut, maka di penelitian ini subjeknya adalah mahasiswa
rantau yang berlatar belakangkan sebagai santri.
Urgensi dari penelitian ini adalah dengan
semakin terbukanya kesempatan dan kemudahan
bagi santri untuk dapat melanjutkan pendidikan formal ke tingkat
perguruan tinggi, maka jumlah mahasiswa yang berlatar belakangkan santri juga
akan semakin banyak. Sehingga penting untuk mengetahui bagaimana mereka
beradaptasi terhadap lingkungan kampus
dan budaya daerah yang sangat
berbeda dengan lingkungan kampus dan budaya daerah asal mereka. Dengan
demikian, maka akan dapat diketahui apa
yang menjadi hambatan atau kunci sukses para santri mahasiswa rantau dalam
beradaptasi. Yang selanjutnya dapat digunakan oleh dosen atau pihak kampus
untuk membantu santri mahasiswa agar mampu beradaptasi dengan baik.
1.4 Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan
proses adaptasi santri mahasiswa rantau di perguruan tinggi negeri
2. Mendeskripsikan
faktor yang mempengaruhi proses adaptasi
santri mahasiswa rantau di perguruan tinggi negeri
3. Mendeskripsikan
kesulitan-kesulitan apa yang dialami santri mahasiswa selama proses adaptasi
1.5 Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan
bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis :
1.
Manfaat Teoritis
a. Menambah
khasanah informasi dan hasil penelitian dalam bidang psikologi pendidikan
khususnya berkaitan dengan proses adaptasi santri mahasiswa rantau di perguruan tinggi negeri
b. Memunculkan
sebuah pengetahuan baru tentang bagaimana proses adaptasi santri mahasiswa
beradaptasi di lingkungan kampus yang berbeda dengan lingkungan pesantren,
serta budaya dari daerah asal mahasiswa
dan budaya tempat perantauan yang juga berbeda.
2.
Manfaat Praktis
a. Hasil
penelitian ini diharapakan dapat dimanfaatkan untuk membantu santri mahasiswa
rantau tahun selanjutnya untuk berhasil beradaptasi di lingkungan kampus
b. Menjadi
bahan penunjang bagi penelitian-penelitian selanjutnya khusunya yang berkaitan
dengan proses adaptasi santri mahasiswa
rantau dalam konteks yang lebih luas
DAFTAR
PUSTAKA
Brisset,C. dkk. (2010).
Psychological and sociocultural
adaptation of university students in france: The case of vietnamese
international students, 34. pp 413–426.
Dinayanti, E. (2015). Akses santri meraih pendidikan tinggi
berkualitas. [on-line].
Diakses pada tanggal 10 April 2015 dari
http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/03/24/akses-santri-meraih-pendidikan-tinggi-berkualitas
|
Efendi, M.Y. (2009). Pola
hidup santri dan peranannya terhadap sosial keagamaan (Studi kasus pada
pondok pesantren Manba ul Ulum dusun Sukorembug Sidomulyo Batu). Malang : Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
|
Fuad, M.A. (2015). Menjadi santri di lingkungan kampus. [on-line]. Diakses pada tanggal 10 April 2015
dari : http://kmnu.or.id/konten-22-menjadi-santri-di-lingkungan-kampus.html
Jawahir, M. (2013). Pengaruh komunikasi interpersonal ketua program studi terhadap proses adaptasi santri mahasiswa.
[on-line]. Diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari http://nazariyyat.staimafa.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/05-rubrik-artikel_Jawahir.pdf
Lee, J & Ciftci, A. (2013). Asian international students’
socio-cultural adaptation
Influence of multicultural
personality, assertiveness,
academic self-efficacy, and social support, 38. pp 97-105.
Winata, A. (2014). Adaptasi
Sosial Mahasiswa Rantau dalam Mencapai
Prestasi Akademik. Bengkulu ; Universitas Bengkulu.