Psikologi Timur, Agama dan
Pendidikan
Filsafat
timur memiliki sejarah yang panjang dan bermacam-macam. Tidak hanya menyangkut
istilah tahun saja, tapi jug aide yang besar. Filsafat timur merupakan ilmu
yang mengagumkan dalam sejarah perkembangan pemikiran manusia. Daya tariknya
meningkat ketika ilmu ini dibandingkan dan sangat kontras dengan pemikiran
barat.
Filsafat timur terdiri dari empat pemikiran
utama, yaitu India, Cina, Jepang, dan Timur Tengah. Meskipun ada banyak
perbedaan kepercayaan filosofis dalam setiap kebudayaan, tetapi juga masih ada benang merahnya. Pokok pemikiran
dari filsafat timur lebih menekankan pada kehidupan yang berasal dari dalam daripada
kehidupan luar. Filsafat Timur berbeda dengan filsafat barat, filsafat timur
lebih menggunakan pendekatan empiris, menekankan pada intuisi, kedamaian
yang berasal dari dalam, pengembangan perilaku, serta mistisme. Kepercayaan
timur, karena mereka muncul diawal-awal, maka mempengaruhi signifikasi
pemikiran barat. Keberadaan filsafat timur tetap penting pada masa kini, khusunya untuk
mencegah hanya puas pada filsafat barat.
PERKEMBANGAN FISAFAT TIMUR
Studi
mengenai filsafat barat kebanyakan dimulai dari Yunani. Fisafat Yunani, sebagai
pengembangan pemikiran yang sistematis, dimulai pada abad ke enam SM oleh
Thales, yang kemudian diikuti oleh Phytagoras dan Socrates. Saat pemikiran
Yunani kuno baru dimulai, filsafat telah mencapai tingkat perkembangan tinggi
di India dan Cina.
Mungkin
filsafat Yunani unik dalam penekanannya pada
rasionalitas daripada mistisme dan supernaturalisme. Filsafat
barat menunjukkan penekankan pada logika dan material, sementara filsafat timur
pada umumnya menekankan pada dunia yang berasal dari dalam dibandingkan dari
luar, menekankan intuisi daripada akal sehat, dan menekankan pada mistisme dibandingkan
penemuan ilmiah. Dalam hal ini ada perbedaan di tiap-tiap sekolah. Secara
keseluruhan, filsafat Cina lebih sedikit menekankan pada mistisme daripada
India, akan tetapi secara keseluruhan pemikiran filsafat ini memulai dengan
dunia yang berasal dari dalam yang kemudian menjangkau keluar untuk melihat
fenomena yang ada di dunia ini.
Kadang-kang
hal-hal tersebut menjadi beban karena, fisafat India dan Cina lebih sering
disebut bukan ilmu filsafat tetapi sebuah agama. Hal ini terjadi karena pada awal
kemunculannya, mereka memperlihatkan ketertarikan yang kuat terhadap dewa-dewa,
seperti mitologi Yunani. Tidak seperti filsafat Yunani yang yang memisahkan filsafat
dan agama, filsafat dan agama Cina dan
Indias aling berkaitan. Doktrin agama sering digabungkan dengan pandangan
filsafat mengenai alam dan interaksi perseorangan terhadapnya.
Beberapa
argumen barat bahwa filsafat dan pelajaran agama harus terpisah, tetapi
berpikir bagaimana sulitnya memisahkan Thomas Aquinas ahli ilmu agama dari
Thomas Aquinas sang filosoper. Hal ini benar bahwa pemikiran agama lebih
daripada filosofi, yang menunukkan kesadarn lebih pada deduksi, kepercayaan,
intuisi, dan mistisme, tapi banyak ilmuwan filsafat di era modern memuji pembicaraan hari ini.
PEMIKIRAN TIMUR JAUH DAN INDIA
Timur Jauh atau Asia Timur, yaitu
Cina, Korea, Jepang, dan India, adalah sebuah area yang sangat besar dengan
populasi yang sangat banyak. Asia Timur dan Selatan dicatat karena tradisi
mereka yang relative stabil, yang berbanding terbalik dengan Barat. Di wilayah
ini, tradisi dan pantangan telah membuat adanya sikap skeptic akan perubahan
yang dimungkinkan bisa menurunkan relijiusitas dan tatanan sosial. Di masa
lalu, kebudayaan di Timur Jauh lebih terorganisasi, memiliki teknologi yang
lebih maju, dan lebih kaya daripada Barat.
Barat, secara besar-besaran mempengaruh politis dan ekonomi di Timur. Timur, di
sisi lain, telah member andil untuk kekayaaa
filsafat dan spiritualitas di barat.
Pemikiran India
Filsafat
India memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. Hampir setiap jejak pemikiran
dapat ditemukan, tersusun dari idealisme sampai materialisme, pluralisme sampai
monisme, dan bertapa sampai hedonisme. Penekanan utamanya terletak pada sebuah
pencarian akan kebijaksanaan dalam
filsafat India, tetapi ini tidak
perlu diartikan sebagai penolakan terhadap kesenangan duniawi. Dengan
menekankan pada spekulasi ini, filsafat India memiliki karakter yangpraktis.
Hal ini dimulai sebagai jalan menyelesaikan banyak persoalan yang mendasar
dalam kehidupan, sebagai upaya untuk merubah hidup menjadi lebih baik. Sebagai
contoh, awal orang mengahadapi penderitaan secara mental dan fisik dan mencari
pemahaman untuk mengerti alasan terjadinya hal ini. Spekulasi membantu untuk
menyediakan penyembuhan bagi penderitaan tersebut. Filsuf India tampaknya
bersikeras bahwa pengetahuan digunakan untuk meningkatkan kehidupan sosial dan
bersama, dan orang-orang tersebut seharusnya hidup sesuai menurut aturan ideal
tersebut. Selain itu juga berlaku pengertian tentang keadilan moral di dalam
filsafat India, dimana setiap individu bertanggung jawab untuk apa diri mereka
dan akan menjadi apa mereka nantinya.
Hinduisme
Filsafat
ini tidak diketahui siapa pendiri dan tidak ditemukan batasan wilayah dalam doktrinnya.
Perkembangannya bersamaan dengan pertumbuhan suku-suku bangsa yang menetap di
India, dan lebih kepada kepada jalan hidup daripada ajaran agama. Hinduisme
pada umumnya tidak menganjurkan pertapaan atau penolakan terhadap dunia, konsekuensinya,
maka Hinduisme tidak menganjurkan keinginan melainkan kepercayaan bahwa tiap
individu harus bisa mengontrol dan mengaturnya. Pada dasarnya, setiap individu
seharusnya tidak mempersembahkan hidupnya kepada kesenangan sensual atau
kesuksesan duniawi.
Awal
dari filsafat Hindu ditemukan dalam tiga teks dasar, yaitu : the Vedas, the
Upanisad, dan The Epics. Yang ditulis sekitar 1200 SM-200M.
a. Vedas
Vedas
adalah sekumpulan nyanyian pujian, nyanyian, dan risalah dari suku Arya. Bagi
mereka alam semesta terdiri dari tiga unsur, yaitu bumi, udara, dan surga.
Menurut pandanga poliestik alam semesta terdiri
dari 33 dewa, seperti Agni sebagai dewa api, Indra sebagai dewa petir dan
hujan, serta Vruna yang mengendalikan dan mengatur musim. Bagian pertama dari
Vedas terdiri dari mantar-mantra yang memuji dan mengambil hati dewa-dewa.
Dan berdoa kepada Dewa dengan pengorbanan dan persembahan. Di dalam
literatur vedas terdapat keberlanjutan untuk menimbulkan harmorni antara
penyelidikan jasmaniah manusia dan kebutuhan, dan kehidupan spiritual mereka.
Dalam
kepercayaan Vedas, ada beberapa kepercayaan mendasar yang diikuti, antara lain
:
1.
Ada
Kenyataan Pokok bahwa semuanya-ditembus dan penyebab terakhir dari alam semesta
2.
Kenyataan
adalah bukan ciptaan, kilauan diri, dan jiwa abadi
3.
Agama
atau Dharma terdiri dari meditasi di atas jiwa dan menuntun hidup kepada
kebajikan dan kebenaran
4.
Jiwa
manusia adalah bersifat ketuhanan, dengan keseluruhan alam semesta sebagai
manifestasi dari Roh Unggul.
Para
cenayang Vedas percaya bahwa manusia adalah jiwa dan bukan sekedar badan
dan pikiran. Sebagai jiwa, manusia menjadi bersifat ketuhanan dalam pokok
pikirannya. Tidak seperti binatang, kita bisa menyadari bahwa sifat ketuhanan
kita, jika Tuhan bersama kita . Kita tidak dapat melihat hal ini ketika kita
dikuasai oleh kemarahan, nafsu, ataupun keserakahan, sehingga hal-hal tersebut harus
dihapuskan dan hati serta pikiran kembali murni. Proses pemurnian ini bisa jadi
mengambil beberapa waktu kehidupan melalui reinkarnasi
1.
Uphanisad
Uphanisad
secara harfiah berarti ”rahasia mengajar”, dibangun dari Vedas, tetapi
membawa pemikiran Vedas kepada dimensi baru. Uphanisad lebih mulia dan
intelektual dibandingkan Vedas, dewa mundur di belakang.
Upanishad
memperkenalkan sebuah konsep monistik mengenai dewa. Brahma adalah yang Maha
kuat, Maha Meliputi, Kuasa, kekal, tidak ada yang menyerupai, dan tidak dapat
digambarkan. Semua ciptaan mennemukan awal dan akhir mereka padaNya. Upanishad
mengatakan bahwa sebuah hidup yang penuh penderitaan akan berlanjut ke dalam
hidup selanjutnya sebagai hasil dari perbuatan seseorang (karma). Pembebasan
hanya bisa dicapai dengan pengetahuan sebenarnya mengenai Brahma yang diperoleh
melalui kemurnian hidup dan meditasi. Ketika pengetahuan datang, jiwa individu
bergabung dengan jiwaalam semesta.
Aspek lain dari Hinduisme adalah perkembangan hukum. Hukum ini memberikan
dampak yang besar bagi kehidupan Hindu dan melanjutkan kode yang tetap
mempengaruhi kehidupan sosial Hindu pada hari ini. Salah satu hukuman dalam
pemikiran Hindu yang besar adalah Manu, dikatakan menjadi penulis utama dalam ”Hukum dalam
Berperilaku yang Benar”.
Manu
menempatkan kelas Brahmana pada kelas teratas dari strata sosial. Brahmana
adalah lelaki yang pelajar, pemikir, pendeta, guru, dan pencari Brahman. Di
bawah Brahmana adalah Ksatria, adalah laki-laki yang memiliki keberanian dan
energi, tapi tanpa pengetahuan seperti Brahmana. Di bawah ksatria adalah
waisya, adalah yang menginginkan kekayaan dan kekuatan, tapi juga sering
melihat ini sebagai hal terakhir dalam kehidupannya. Sudra adalah kasta
terendah. Di bawah sudra adalah ”yang tidak tersentuh”.
Manu menetapkan tiga tahapan keinginan dalam hidup pria. Pada tahap pertama,
murid belajar pelatihan dan disiplin tentang tubuh dan jiwa di bawah bimbingan
guru tanpa biaya. Pada tahapan kedua (sekitar usia 25 tahun) seorang pria
diharapkan untuk menikah dan berkeluarga menjadi hal yang penting. Pada tahap ketiga (sekitar usia 50
tahun), seorang lelaki akan memberikan urusan rumah tangganya kepada anaknya,
dan pensiun dengan cara bertapa di hutan atau menjadi pemberi nasihat bagi
masyarakat.
Manu
juga menegakkan tiga tahap keinginan dalam kehidupan perempuan. Pertama,
seorang perempuan perempuan harus
mengabdikan diri pada ayah atau saudara laki-laki, kemudian kepada suaminya,
dan setelah suaminya meninggal kepada anak lelakinya. Dia tidak bisa menjadi
independen dan harus menganggap suaminya sebagai dewa, meskipun suaminya jauh
dari kesan baik. Perempuan harus selalu ceria dan pandai dalam mengatur dalam
urusan rumah tangga.
a.
Epic
Dalam
filsafat India, dua epik terbesar adalah Ramayana dan Mahabarata. Dan yang
paling signifikan adalah Mahabarata yang berisi Bhagavad-Gita. Bagian pertama
dari Gita mengenai yoga, tahapan kedua rincian
mengenai doktrin penteisme, dan yang ketiga menjelaskan prinsip Porusha
dan Prakrit, lima pancaindera, dan ajaran lain dari filsafat ini. Gita
mengenalkan pendapat bahwa semua hal yang terdapat di dunia hanyalah ilusi
belaka, kebenaran yang sejati adalah Jiwa.
Bhagavad-Gita
adalah sebuah sajak yang terdiri dari 700 versi dalam delapan belas bab,
menggambarkan sebuah peperangan besar yang terjadi pada tahun 1000 SM antara
Pandawa dan Kurawa untuk memperebutkan tahta.
Gagasan
tentang yoga adalah hal yang paling sering dihubungkan dengan Bhagavad-Gita,
yang mendiskusikan mengenai kebijaksanaan melalui ketenangan dalam yoga. Yoga percaya bahwa jiwa dapat dilatih untuk
berfungsi pada level yang lebih tinggi.
Tiga
tahapan eksternal dari yoga adalah 1) sikap badan yang benar 2) pernafasan yang
benar 3) kontrol indera.
Hindu Modern
Sebuah kebangkitan kembali dari kepercayaan Hindu
yang modern dimulai oleh laki-laki seperti Tagore, Sri Aurobindo, Dr. S.
Radhakrishnan, dan Mahatma Gandhi. Mahatma Gandhi lahir di Porbanas, barat laut
India. Dia terkenal dalam pemberontakan masyarakat yang menghasilkan
kemerdekaan untuk India dari Inggris.
Menurut
Gandhi agama seharusnya bersifat praktis. Tuhan tidak dicapai dengan meditasi
di dalam gua. Tuhan adalah kepercayaan dan jalan terbaik untuk menuju
kepercayaan tersebut dengan praktek bukan kekerasan (ahimsa) di dunia,
pemikiran dan mendalam. Kita harus mengendalikan kehidupan dengan cinta dan
pengabdian menuju sesuatu yang lain, dan agama seharusnya membentuk sosial
kita, ekonomi, pendidikan dan kehidupan politik.
Gandhi
percaya bahwa Tuhan bukan sebuah abstraksi tapi sebuah kehadiran hidup, “sebuah
kekuatan misterius yang tidak dapat dilukiskan yang meliputi segalanya”.
Budhisme
Sidharta Gautama (563-483 SM) lahir di perbatasan Nepal. Ia lahir sebagai
seorang pangeran dari raja Hindu yang kaya raya. Ia kemudian menikaah dengan
putri Yasodhara dan mempunyai anak bernama Rahula. Kehidupan Gautama tampak
sempurna sempurna, tapi setelah ia melihat seorang pria yang dibawa menuju
prosesi pemakaman, membuat ia mencari ketenangan atas keberadaan hal-hal yang
jahat, yaitu penuaan, sakit, dan kematian.
Suatu
hari ketika ia berada di bawah pohon Bo, Gautama mendapat pencerahan dan
memasuki nirwana. Khotbah pertamanya adalah masalah mengenai penderitaan dan
bagaimana cara mengatasinya. Ia percaya bahwa kesenangan seseorang adalah akar
dan penyebab penderitaan di dunia. Pada khotbah lainnya, ia menempatkan empat
kebenaran, yaitu:
1. Hidup adalah penderitaan
2. Penyebab dari penderitaan adalah
keinginan
3. Penderitaan dapat dibuang ketika
keinginan dapat dipadamkan
4.
Keinginan
dapat dibuang melalui delapan cara, yaitu:
a. Pemahaman
yang benar—memahami
tentang diri mereka, dan memiliki pengetahuan dimana kita dan kemana kita ingin
pergi.
b. Perkataan
yang benar—tidak
berkata bohong, menggunjing, atau mengumpat. Apabila tidak dapat mengatakan
sesuatu yang berguna maka lebih baik diam.
c. Berperilaku
yang benar—menghindari
pengrusakan terhadap kehidupan. Kita seharusnya hidup secara harmonis dan damai
d. Perkerjaan
yang benar—keinginan
untuk mengikuti arah yang benar dan mempraktikkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki
e. Hasil
yang benar—energi
kita seharusnya diarahkan menuju keseluruhan bagian dari jiwa
f. Jiwa
yang benar—penghilangan
perilaku yang menuju pada hasrat, kemarahan, harapan, dan ketakutan.
g. Konsentrasi
yang benar—mengabaikan
hasrat dan pemikiran buruk, dan mengembangkan kesadaran spiritual
h. Pemikiran
yang benar—pemikiran
mengenai cinta dan saling mengasihi, tidak ada kekerasan.
Buddha
menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya dengan mengajar langsung muridnya untuk (1) menggunakan percakapan biasa dan membuat
petunjuk secara bertahap (2) mengamati tahapan-tahapan pemikiran,
(3)menggunakan kata yang mengasihi, (4) menghindari permasalahan yang tidak
relevan, (5) menghindari hal-hal yang dapat menjadi penyebab perselisihan
dengan yang lain.
Sebelum
memulai diskusi, Buddha mencoba untuk membangun sebuah ide pada pandangan
seseorang melalui pertanyaan-pertanyan yang berhubungan. Dia mempergunakan
persamaan, perumpamaan, fabel, dan syair.
Apabila
pengikut Hindu kebanyakan ditemukan di India, Buddha ditemukan di Burma, Sri
Lanka, Cina, Tibet, Korea, Jepang, Kamboja, Laos, dan tentu saja di
India. Setelah tumbuh subur di India selama sekitar 1500 tahun, Buddha
kehilangan kedudukannya disana, dan digantikan dengan Hinduisme ataupun melebur
dengannya. Banyak perubahan yang terjadi seiring perkembangan Buddha. Banyak
sekolah baru yang mengembangkan
pemikiran, beberapa yang hidup dengan orang terdahulu, banyak tulisan yang
dibuat setelah kematian Buddha yang berasal dari pemikirannya. Pada fase awal,
Buddha menekankan pada ketidakterlekatan, pada fase kedua menekankan pada
hubungan dengan sesama manusia dan keinginan untuk menjadi seperti Buddha, dan
pada fase ketiga ditegakkan untuk menjadi harmonis dengan alam, dimana
seseorang tidak boleh melakukan perubahan dengan atau tanpa paksaan.
Jainisme
Seperti Buddhisme, kepercayaan Jainisme adalah lepasan dari Hunduisme. Jain
adalah pengikut dari Jinas. Istilah Jina adalah sebuah gelar yang diberikan
kepada seseorang yang telah mendapatkan pencerahan. Jainisme mirip Buddhisme
yang dimana keduanya berasal dari bagian yang sama di India, berlawanan dengan
pandangan ortodoks, menolak sistem kasta dan Tuhan secara personal, menggunakan
banyak istilah yang identik, dan memberikan kepentingan utama atas konsep
mengenai ketidakrugian. Keduanya juga menolak literatur Vedis dan memuja nirwana—pembebasan
dari siklus kelahiran-kematian. Tidak seperti Buddhisme, bagaimanapun Jainisme
sebagian besar terbatas di India.
Kepercayaan
tradisionalnya adalah bahwa perkembangan Jainisme awalnya adalah terhubung
dengan Vardhamana Mahavira. Ketika Mahavira berusia 30 tahun, dewa muncul
dan mendesaknya untuk meninggalkan dunia. Berdasarkan legenda, ia berdiri di
bawah pohon suci asoka meninggalkan semua miliknya, melepaskan pakaiannya, dan
menjambak rambutnya sendiri yang menunjukkan sebagai akhir dari perhatian
terhadap jasmaniah dan kemauan untuk menghadapi kesakitan. Ia dianggap sebagai
nabi terakhir dan agamanya lebih tua dibandingkan tanggal yang disebutkan. Para
penganut Jainian percaya bahwa mereka adalah agama tertua. Nabinya bernama
parsvanatha, hidup 250 tahun sebelum Mahavira.
Setelah
kematian orangtuanya, Mahariva menjadi pertapa selama 12 tahun dan dikatakan
telah memasuki nirwana di Pava sekitar 527 SM. Pengajaran lisan Mahavira
kemudian dituliskan dan terdiri dari beberapa doktrin etis dan filosofis
berikut:
1. Keberadaan manusia secara alami
adalah dualisme, yaitu spiritual dan material
2. Seseorang harus mengontrol dunia
material melalui alam spiritualnya
3.
Seseorang
dapat memisahkan jiwa dari karma melalui usaha mereka sendiri
Sebelum
mengambil janji, seorang Jain harus memberikan kesalahan-kesalahan utama.
Seorang Jain tidak boleh (1)menghibur segala bentuk keraguan mengenai teori
Jain, (2) mengikuti kepercayaan lain, (3) mempertanyakan kenyataan dari buah
karma dan (4) bergabung dengan orang-orang munafik.
Pengikut
Jain percaya bahwa alam semesta diadakan dari semua bentuk kekekalan, mengalami
sebuah ketidakterbatasan angka dari produksi revolusi oleh kekuatan alam tanpa
campur tangan dari kekuatan Dewa. Dunia tidak diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan. Mereka percaya bahwa usaha untuk mebuktikan keberadaan Tuhan dalah
hal yang sia-sia, mereka masih menyadari mengenali satu dewa yang lebih tinggi
(paramadevata), yaitu Jina, guru dari hukum yang suci, seseorang yang terbebas
dari semua hasrat dan telah mencapai kesempurnaan setelah memusnahkan semua
karmanya.
Para
pengikut Jain memiliki filosofi yang menolak sistem sebagai absolutisme. Hal
ini kemudian dikenal sebagai doktrin ”Syaduada” atau ”mungkin”. Tidak
ada keputusan mengenai kebenaran mutlak atau kesalahan mutlak, yang terdiri
dari tujuh hal, yaitu:
1. Mungkin, kenyataan benar
2. Mungkin, kenyataan tidak benar
3. Mungkin, kenyataan benar dan
mungkin tidak.
4. Mungkin, kenyataan tidak dapat
digambarkan
5. Mungkin, kenyataan memang benar,
dan tidak dapat digambarkan
6. Mungkin, kenyataan tidak
benar dan tidak dapat digambarkan
7.
Mungkin,
kenyataan memang benar, mungkin tidak benar dan tidak dapat digambarkan
Selama
abad ke-12 dan 13, komunitas Jain merupakan oposisi dari Hindu atas atheistik
mereka dan doktin anti-vedis. Seiring perkembangan jaman, Jain menagalami
kesulitan. Meskipun Jain memiliki pandangan mengenai toleransi dan tidak
melakukan kekerasan, kemudian terdapat banyak pertanyaan apakah pandangan ini
dapat benar-benar berhasil di dalam dunia dimana kekerasan kadang-kadang
diperlukan di dalam situasi tertentu. Misalnya ketika ada seekor ular yang akan
membunuh, apakah kemudian diperbolehkan untuk membunuh ular tersebut.
Pemikiran Cina
Sebagaimana di India, agama memiliki pengaruh yang kuat dalam pemikiran Cina.
Pemerintahan Cina kuno sangat menggambarkan relijiusitas dalam kerangka
pemerintahan mereka. Dan kehidupan sosial dan ekonomi semuanya terikat dalam
kaidah agama. Agama, filsafat, pemerintahan, dan kehidupan sosial semuanya
saling terkait dalam tujuannya untuk membantu manusia agar dapat meraih
kehidupan yang harmonis dengan jagad raya dan kehidupan.
Filsafat
Cina lebih menekankan pada harmoni, dan pemikiran yang benar seharusnya dapat
menolong seseorang untuk dapat meraih meraih hidup yang harmonis. Harmoni dari
pemerintahan, bisnis, dan keluarga seharusnya dapat menuntun mereka
menuju sintesis yang lebih tinggi.
Confucianism
Confucius
(551-479 SM) lahir di propinsi Lu, dengan latar belakang dari keluarga miskin.
Pada masa mudanya, ia diberi tanggung jawab untuk mengurus rumah Baron Chi. Ia
kemudian bekerja pada bidang magistrasi di Chung-tu, kemudian menjadi
sekretaris utama di pengadilan, dan akhirnya menjadi menteri kepala. Selama
masa hidunya, ia bepergian dan mengajarkan pengikutnya mengenai pemerintahan,
dan cara untuk menjadi orang yang terhormat. Setelah kematiannya, para
pengikutnya mengumpulkan pemikiran-pemikiran Confucius, dan menyatukannya dalam
sebuah manual yang dikenal sebagai Analects.
Confucius
percaya bahwa manusia adalah makhluk sosial. Mereka harus berinteraksi dengan
masyarakat tanpa harus menyerahkan jati dirinya, dan moral yang dimiliki oleh
individu akan berusaha untuk mengubah yang lainnya untuk berkumpul kepada
bagian moral. Ia sangat tertarik dengan politik dan menegakkan Lima Kebijakan
yang ia percayai bahwa seorang pemegang kuasa seharusnya mengikuti hal ini
dalam mengatur rakyatnya, yaitu:
1. kebajikan (benevolance)
2. keadilan (righteousness)
3. Santun (propriety)
4. kebijaksanaan (wisdom)
5.
kesucian
(sincerity)
Selama
lebih dari 2000 tahun pemikiran Confucius mendominasi edukasi, pemerintahan,
dan budaya di Cina. Confucius percaya bahwa manusia memerlukan standar atau
aturan untuk kehidupan mereka, dan aturan dikembangkan untuk cakupan aktivitas
sosial yang lebih luas.
Confucius
menekankan pentingnya edukasi, namun ia memepercayai bahwa pembangungan
karakter moral lebih penting dibandingkan hanya teknik mengajar atau pemberian
informasi. Pendekatan moral ini menekankan pada praktik. Seorang anak hendaknya
mematuhi orang tuanya dan menghormati kebajikan yang mereka peroleh dari
petualangan mereka dalam kehidupan. Apabila seseorang mengikuti hal tersebut
dan prinsip-prinsip lainnya secara benar, maka ia dapat menjadi chün-tzu,
manusia terhormat yang sesungguhnya, sebagai hasil dari pengembangan moralnya.
Seorang chün-tzu dikenal karena kesetiannya, rajin, dan kerendahan hatinya.
Confucius
percaya bahwa manusia dapat menjadi superior setelah mengembangkan lima
kebajikan. Kebajikan tersebut, jika dilaksanakan dapat memimpin kepada
masyarakat baru yang berdasarkan pada asas keadilan dan kebijaksanaan.
Confucius
tidak pernah bermaksud untuk mendirikan sebuah agama, ataupun berbagai
penekanan atas Tuhan, penyelamat, ataupun pengorbanan. Ia hanya bermaksud
mengajarkan orang lain untuk menjadi ayah, ibu, anak, teman, dan masyarakat
yang baik.
Taoisme
Lao-tzu (sekitar abad ke lima SM) mengabdikan sebagian waktunya di pengadilan
kerajaan dan melihat keadaan yang penuh dengan korupsi. Lao-tze kemudian
merumuskan pemikirannya dalam jilid kecil yang kemudian dikenal sebagai Tao
Te Ching. Hal tersebut memberikan pengaruh besar bagi Cina dan menyediakan
tuntunan pada masa sulit. Ketika Confucianisme sangat menekankan pada pemenuhan
kewajiban eksternal, Taoisme berusaha untuk mengembangkan kehidupan dari dalam
dengan cara ketika seseorang menemui kesulitan.
Konsep inti dari Taoisme adalah Tao, yang berarti jalan atau
cara.ajaran tersebut merupakan cara bagaimana alam semesta bergerak, cara untuk
menuju kesempurnaan dan harmoni. Dalam hal ini adalah menyatu dengan alam. Pendekatannya
terhadap hidup tidak bersifat kompetitif. Pemimpin terbaik adalah yang mengatur
dengan cara membiarkan sesuatu sendirian dan tidak berlebih-lebihan. Penganut
Tao percaya bahwa konflik dan perang merupakan bentuk kegagalan utama masyarakat, sebab mereka hanya membawa
kerusakan pada suatu tempat dan menunjukkan ketidakpedulian terhadap kehidupan.
Dalam Tao te Ching, Lao-tzu mengatakan bahwa manusia terikat dengan bumi, bumi
terikat dengan surga, surga terikat dengan Tao, dan Tao terikat dengan cara
hidup. Manusia pada dasarnya bahagia namun sekarang menjadi menderita sebagai
hasil dari perubahan yang dibawa oleh masyarakatan. Hal terbaik yang
dapat dilakukan antara lain melalui hidup secara sentosa dengan alam. .Taoisme
menjadi filsafat yang cenderung ke arah mistis atas pemilikannya terhadap
sesuatu yang lebih berkuasa dibanding logika. Kita perlu berbagi dengan
kebenaran alam dan mencari penyatuan dengan yang paling Berkuasa. Pada awal
kemunculannya, Taois hidup secara menyendiri di bagian jauh Cina, kemudian
mengkompromikan kealamian dengan kehidupan sosial.
Taoisme juga membicarakan mengenai praktik politik. Ketika disana tidak ada
campur tangan dengan kebebasan dan keuntungan tertentu, maka kebahagiaan dan
kedamaian dapat tercapai. Para Taois menolak kepemimpinan dengan sistem
dewa-dewa ataupun kelahiran, dan seringkali terikat dengan hal-hal yang melawan
kekuatan dan militerisme. Mereka percaya bahwa kebijkan individual akan
membawa hidupnya keadilanm sosial. Taois percaya bahwa seseorang dapat
mengatur hidupnya sendiri. Mereka berpendapat bahwa pemerintah bermaksud
untuk menekankan peraturan pada kehidupan manusia, dimana hal
tersebut tidak sejalan dengan kehidupan yang alami. Mereka menentang perang dan
juga pemerintahan yang menekan, dan mereka berpendapat bahwa semakin banyak
aturan, maka akan semakin banyak pula penjahat yang muncul.
Gambaran besar lain dari perkembangan Taoisme adalah Chuang-tzu (399-295 SM). Dalam
buku Chuang-tzu, ia lebih memilih untuk melakukan transedensi dengan dunia
dibandingkan harus membentuk ulang. Unruk memeperoleh emansipasi,
seseorang harus terikat dengan ”pembebasan dan pengembaraan”, ”melakukan puasa
pikiran, dan ”melupakan”. Hal itu berearti pemisahan dari diri dan dunia.
Antara kehidupan dan kematian harus diterima sebagai bagian dari kehidupan yang
alami.
Pengaruh dari Buddhisme Zen secara luas dapat dirasakan di budaya Jepang, dalam
bidang literatur (Haiku), drama, lukisan, panahan, judo, samurai, karate, dan
upacara minum teh. Sebagaimana yang sering dipraktikkan, seni tersebut
menekankan pada konsentrasi jiwa dan harmoni antara manusia dengan alam.
---
sorry dapusnya gue lupa. bisa hubungin gue kalau mau dapus, ntar gue cariin