KEPUTUSAN BENAR DAN KEPUTUSAN BIJAK
Dalam
hidup, kita sering dan pasti mendapatkan
masalah. Dalam menghadapinya kita dituntut untuk dapat membuat keputusan yang
tepat untuk menghadi situasi yang ada. Kita yang berusia muda, masih fresh
dengan teori dan minim pengalaman, sering kali mengambil keputusan berdasarkan
idealisme semata. Keputusan yang diambilnya didasarkan pada pertimbangan
berdasarkan referensi yang dibacanya. Baik itu tips-tips atau trik-trik
misalnya pembelajaran yang efektif. Semua ide yang dibaca tersebut tidaklah salah,
semua masuk akal dan sangat mngkin diterapkan. Namun, karena idealisme yang
terlalu tinggi, mereka cenderung mengesampingkan perasaan. Terlebih bagi
seseorang dengan sifat perfecsionismenya. Keadan ini akan semakin terasa sulit
jika dimiliki oleh seorang leader.
Seorang
leader yang memiliki sifat demikian, memang sangat bagus dan luar biasa dalam
membuat strategi untuk membangun sesuatu, entah sebuah sistem, program maupun
hal lainnya. Output yang dihasilkan pun luar biasa. Namun karena orientasi yang
berlebihan pada output, terkadang mereka melupakan bawahannya. Sang leader
sering kali memaksakan anak buahnya untuk bekerja sesuai keputusan yang
dibuatnya (didasarkan pada referensi yang dibaca), possible menurut buku dan
keyakinannya, namun terkadang imposible bagi bawahannya.
Sering
kali dibuku dan dilapangan memiliki kondisi yang berbeda. Buku hanya memuat kondisi indealis saja.Llingkungan, pelaku,
situasi dan kondisi diasumsikan sempurna. Sementara dilapangan kita bisa
mengalami berbagai macam situasi dan kondisi yang mengejutkan. Sehingga
terkadang antara teori dan praktek itu beda jauh.
Kembali
leader muda, idealis dan perfecsionis,
dalam membuat keputusan tidak mempertimbangkan bagaimana perasaa, kondisi dan
energi yang dimiliki bawahnnya. Mereka menuntut bawahannya selalu produktif dan
sempurna seperti dirinya. Padal kondisi dan energi setiap orang berbeda.
Sementara
itu leader dengan usia yang lebih matang, mereka memang tidak seernergik leader
muda, mereka mengetahui keputusan yang benar namun mereka tidak mengambil itu
karena mereka lebih bijak dengan memikirkan bagaimana kondisi dan energi
bawahannya.
Jika
bawahan masih menerima
keputusan tersebut, that is ok. But, bagaimana jika bawahan-bawahan
tersebut meningkalnya karena lelah dengan keputusan yang ada?
Just my opinion, n everyone has
different opinion